Beberapa tahun lalu, seingat saya, di kota kecil ini yang menggunakan kotak styrofoam sebagai kemasan makanan masih sangat jarang. Paling-paling restoran saja yang menggunakannya. Sejak setahun kemarin saya dibuat shock, karena bertubi-tubi mendapatkan makanan berbungkus kotak styrofoam nan putih bersih ini.
Pertama pas membeli gado-gado di gerobak pinggir jalan Santawi Bondowoso, setahu saya biasanya bungkusnya menggunakan kertas lilin, pas penjualnya meracik saya memang tak memperhatikan. Asyik ngobrol aja dengan teman. tahu-tahu pesanan siap dan…. Jreng…jrengg…ternyata dikemas dalam styrofoam. Aduh… menyesalnya saya. Coba tahu dari awal.
Lalu sejak akhir tahun lalu juga secara bertubi-tubi saya mendapat kiriman makanan dari tetangga. Kemasannya juga si gabus putih ini. Krimannya sangat wajib disyukuri, pasti itu. Namun yang saya sesalkan, mengapa harus dengan styrofoam?
Sebagai pembungkus makanan, styrofoam ini memang kesannya resik. Betapa tidak, warnanya putih bersih, kinclong. Kesannya bersih dan higienis gitu ya. Dan lagi memang menggunakan bahan ini memang harus diakui praktis, harganyapun cukup murah dan mudah didapat. Tetapi tahukah kita bahaya yang tersembunyi dibalik kesan keren kemasan styrofoam?
Bahaya di Balik Sosok Bersihnya
Serius? Emang beneran stryrofoam ini berbahaya? Coba ya kita cari tahu, sebenarnya terbuat dari apa bahan ini dan di mana bahayanya?
Styrofoam terbuat dari butiran-butiran styrene, diproses menggunakan benzene. Trus masalahnya dimana? Benzene, sebenarnya adalah komponen dalam minyak bumi yang banyak digunakan sebagai pelarut. Bahkan disebut sebut sebagai pelarut yang penting dalam industri. Namun, dia bersifat krsinogenik. Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization, International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) telah mengkatagorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen. Itu lo, bahan yang menyebabkan kanker.
Hanya karsinogen? Enggak ternyata. Benzene disebut-sebut sebagai biang masalah pada kelenjar tyroid. Si benzene ini juga berhubungan dengan gangguan pada sistem syaraf , misalnya sebabakan kelelahan, susah tidur, mempercepat detak jantung, gemetaran, dan mudah gelisah.
Lho, kalau memang bersifat karsinogenik, kenapa digunakan membungkus makanan? Bukankah beresiko? Benar. Tadinya sih ceritan si putih bersih ini sebenarnya digunakan sebagai insulasi, yaitu bahan yang menahan suhu. Jadi apapun yang disimpan didalamnya akan lebih bertahan lama suhunya. Yang dingin tetap dingin dan yang hangat akan tetap bertahan hangat lebih lama. Sayangnya kemudian terjadi salah kaprah. Makanan diletakkan begitu saja dalam gabus putih ini. Fungsinya kemudian menjadi fungsi kemasan bukan sekedar insulasi.
Parahnya kemudian, wadah ini dirasa sangat praktis, lebih keren, terlihat lebih bersih. Sialnya lagi, dia dihargai cukup murah dan mudah banget didapat dimana-mana. Maka tak heran, kemudian tak hanya resto-resto atau kedai bergengsi yang menggunakannya. Tukang gado-gado langganan saya yang beroperasi di desa pun menggunakannya. Baca juga: Menjadi traveller yang peduli lingkungan.
Lalu apakah berhenti sebatas risiko kesehatan? No! tidak ternyata ada bahaya yang lebih besar lagi, dan sifatnya lebih global dan jangka panjang. Bahaya lingkungan! Ternyata styrofoam bisa juga disebut sebagai sampah abadi. Yah, dia susah sekali terdegradasi. Ada sih yang bilang stryrofoam bisa didaur ulang. Tapi, berapa banyak sih sampah di negara kita ini yang bisa terkelola dengan cara daur ulang? Nah, masih suka menggunakan styrofoam demi alasan kepraktisan dan gengsi?
Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Emang enak kembali ke alam ya, Mak. Bungkus pakai daun. Tapi sekarang jarang banget. Kalau aku mau aman pas beli makanan bawa tempat sendiri 🙂
Salam kenal, Mak.
Tarie
Salam kenal kembali Mak 😀
tadinya aku masih pake benda itu tapi karena banyak yang menegur sekarang untuk makanan panas udah ga lagi 🙂
Yang berminyak juga rawan looo
Baru mampir udah suka sama tulisannya 🙂
Thanks Fikri 😀
Thanks sharingnya, Mak. Mengingatkan lagi. Sebagai anak kos, emang soal makanan masih belum begitu sehat. Tapi aku mau mulai belajar mengurangi sampah2 abadi, termasuk styrofoam ini. Sukses ya… 🙂
Setuju dengan tulisannya! Sekarang ini banyak sekali pedagang makanan yang menggunakan styrofoam. Jadi untuk menyiasatinya, kalau beli makanan untuk dibungkus, baiknya bawa wadah sendiri…
^_^
Ngeri ya. Tapi memang orang sekarang pilih yang praktis tanpa ngeliat risiko jangka panjang. Salah satu langkah yang saya lakukan, ya bawa wadah sendiri kalau beli makan di luar. agak ribet sih. tapi, minim risiko.
styrofoam lebih murah dibanding kemasan lainnya ahahehehe
klo gado2 masih enak pake daun y mba bungkusnya, dan sekarang iya semuanya serba styrrofoam :/ besok2 mending bawa tempat sendiri
Sekarang penjual makanan hampir semua pake styrrofoam, termasuk penjual bubur langganan anakku.