I Am Hope: Karena Harapan (Memang) Selalu Ada

Share

I Am Hope The Movie

Kanker

Pesan singkat itu begitu menyesakkan. Kenapa begini akhirnya, kawan? Bahkan saya tak sempat tahu sebelumnya bahwa dia sakit.Hanya pesan singkat itu saja, yang membuat sore itu begitu berduka.

Ini adalah akhir yang begitu memukul saya. Bagaimana tidak, ketika saya giat mengkampanyekan pola hidup sehat, pola makan sehat, dsb. Ketika saya membantu banyak costumer saya untuk meraih kesembuhan, tiba-tiba saya kehilangan seorang kawan akibat KANKER! Tanpa sempat saya ketahui sebelumnya. Tanpa sempat saya dampingi.Tanpa sempat saya berikan saran-saran dan semangat, seperti yang biasa saya lakukan pada para customer saya.

Dina, teman sekelas saat SMP. Juga satu sekolah ketika SMA. Lulus SMA lama sekali tak berjumpa, dan lalu bertemu kembali dengan pertolongan social media. Pernah beberapa kali mengeluh pada saya, soal gangguan di pencernaannya. Bahkan dia sempat pula memberikan kesaksian soal pola makan food combining yang sempat dijalaninya, yang lalu bubar jalan….

Siapa sangka, ternyata gangguan di lambung yang sebelumnya didiagnosa dokter sebagai maag, ternyata adalah gejala kanker usus. Sayapun tak menaruh curiga, saat diceritakan perihal “maag” nya. Tipe pekerja keras dan pemikir seperti dia, sangat mungkin kalau sampai lupa makan akibat kerja lalu maag, begitu perkiraan saya. Sangat umum terjadi. Tak sangka, ternyata kondisinya begitu serius.

Saya Dan Pejuang Kanker

Saya selalu emosional jika berbicara soal kanker. Bahkan dalam ranah bisnispun, perasaan selalu hanyut jika sudah berhadapan dengan konsumen atau keluarganya yang tengah berjuang sembuh dari kanker. Cukup… cukup sudah kehilangan-kehilangan akibat kanker. Serasa saya selalu tak ingin mendengarnya lagi… dan lagiii… please! No More!

Setiap kali saya mendapat customer baru, survivor kanker, juga setiap kali ada yang kontak saya, minta tolong atau konsultasi sehubungan pola makan bagi pejuang kanker, saya selalu seperti ingin berteriak. Berjuang…. Berjuanglah!! Jangan… jangan menyerah!

Mungkin banyak, bahkan sangat banyak orang beranggapan bahwa kanker adalah semacam vonis mati. Bahwa tak pernah ada happy ending untuk setiap kisah bernama KANKER. Tapi saya ingin… sangat ingin agar  teman-teman yang membaca tulisan ini tahu. Bahwa kanker bukan akhir segalanya.

Survivor kanker tak harus terus tergolek tanpa daya menunggu akhir. Saya punya banyak … banyak cerita tentang teman-teman yang justru bangkit pasca Kanker. Teman-teman yang mengalami peningkatan kualitas hidup, justru pasca mereka berhadapan dengan diagnosa mengerikan bernama KANKER.

Mungkin ada yang belum kenal mbak Tri Wahyuni Zuhri, teman sesama penulis, kesayangan saya. Beliau mengobarkan semangat hidup. Dihadapinya fase-demi fase pengobatan, sambil terus berkarya di saat segalanya memungkinkan. Bahkan buku “Kanker bukan Akhir Dunia”, ditulisnya dalam kondisi sambil berjuang melawan sel-sel ganas yang menggerogoti kesehatannya. Begitu juga banyak bahkan amat banyak blogpost di blog beliau serta tulisan-tulisan di media massa, ditulis di sela-sela beliau menjalani berbagai sesi pengobatan. Di antara nyeri dan sejuta rasa tidak nyaman, beliau masih berkarya.

Dan hingga saat ini Mbak Yuni masih terus berjuang. Semangatnya … sungguh sering membuat saya terharu. Beliaulah inspirasi … sosok yang selalu membuat saya bersemangat menulis. Malu hati rasanya jika beliau saja bisa terus berkarya di tengah sakitnya, masa saya yang sehat ini kalah? Ah… I love you, Mbak Yuuuuun!

Sebuah cerita tentang kanker dengan happy ending yang baru beberapa lalu saya tulis adalah tentang perjuangan Mbak Arie sembuh dari kanker payudara. Bahkan kini beliau merasa seperti terlahir kembali, menjadi manusia baru yang lebih sehat jiwa raga dan lebih bermakna.

(Baca juga cerita tentang kisah sembuh Mbak Arie, di sini ya:  Menghadapi Breast Cancer Ala Arie Primadewi Sukamto)

Dan masih banyak, kisah-kisah happy ending tentang KANKER yang sering sekali saya baca di grup-grup pelaku hidup sehat yang saya ikuti. Bagi mereka, para survivor itu, Kanker bukan akhir. Kanker hanya satu tahap yang harus mereka lalui dalam metamorfosis menjadi sosok baru. Sosok yang lebih sehat dan lebih baik, jasmani dan rohani.

Gelang Harapan

Mungkin, banyak di antara Anda yang mengalami hal seperti saya. Setiap kali mendengar kata KANKER, seperti ada yang berputar-putar di kepala. Seperti ada dorongan kuat untuk berbuat sesuatu. Tapi apa? Bagaimana?

2 bgelang harapan

Sebagai blogger dan penulis buku, saya ambil bagian dalam upaya “melawan” kanker (dan juga penyakit serius lainnya) melalui edukasi akan pola hidup yang sehat, khususnya pola makan. Namun kini, ada hal yang bisa membuat kita dengan mudah turut berbagi harapan bagi para survivor.

Gelang Harapan, ya … bracelet of hope. Wujudnya memang “hanya”sebuah gelang, biasa saja. Namun hal di baliknya menjadikannya luar biasa. Adalah Janna Soekasah Joesoef, Wulan Guritno, dan Amanda Soekasah, para founder of hope. Dari ketiganyalah gelang harapan ini tercipta.

1 Gelang harapan

Bracelet of hope, dibuat dari sisa kain designer kebanggaan Indonesia, Ghea Panggabean yakni Pelangi Jumputan. Pelangi adalah simbol harapan. Dengan membeli gelang harapan, berarti Anda turut menggandeng tangan begitu banyak survivor. Menemani perjuangan mereka sembuh dari kanker. Karena hasil penjualan bracelet of hope ini, disumbangkan kepada mereka, para survivor baik secara langsung maupun melalui yayasan-yayasan kanker yang ada di Indonesia.

I Am Hope The Movie

I Am Hope The Movie… saya sungguh berharap, film yang baru akan tayang 18 Februari nanti ini akan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang kanker. Bahwa kanker bukan akhir segalanya. Bahwa masih dan memang akan selalu ada harapan untuk kondisi seburuk apapun, termasuk kanker.

Film ini mengisahkan tentang Mia (diperankan si cantik Tatjana Saphira), perempuan muda 21 tahun yang sedang mengejar mimpinya, membuat sebuah pertunjukan. Namun, ternyata upaya itu harus terhenti sejenak akibat sel ganas bernama kanker yang ditemukan di tubuhnya. Penyakit yang sama dengan yang diderita ibunya. Penyakit yang juga telah menjungkir balikkan kondisi keluarganya, yang tadinya berkecukupan, kini harus hidup ala kadarnya karena biaya pengobatan.Bayangan akan pengalaman kelam yang pernah dialami keluarganya dulu kini kembali akan terulang.

Beruntung, Mia ditemani oleh Maia. Sosok yang selalu mendampingi, memompakan semangat dan mengobarkan keberanian melawan.Sesi demi sesi pengobatan yang tidak ringan, dijalaninya. Hingga pada titik, tabungan yang sedianya untuk mewujudkan mimpinya, habis terpakai untuk pengobatan.

Pada titik ini, Mia masih berupaya mewujudkan mimpinya. Dia mencoba menemui seorang produser. Berharap mimpi pertunjukannya menjadi nyata. Bagaimana endingnya? Bisakah mimpi Mia mewujud? Sembuhkah Mia? Happy ending atau justru sebaliknya?

Seperti judulnya….saya membayangkan akhir yang bahagia bagi film ini. Kenapa? Saya tidak ingin masyarakat Indonesia khususnya, berputar-putar dalam keyakinan bahwa Kanker pasti berakhir dengan kematian. Saya ingin, Indonesia punya gambaran yang lebih optimis tentang kanker.

Jadi bagaimana sebaiknya kelanjutan filmnya? Saya membayangkan, Mia memang akan mengalami perjuangan berat. Keputusan untuk “tidak menyerah” pada kanker memang bukan hal mudah dan sepele. Rasa sakit, bayangan kematian, tekanan finansial, sosial, itu semua sudah sangat umum dijumpai pada setiap survivor. Dan, Mia tampaknya juga akan mengalaminya.

Namun, sosok ini beruntung. dia akan bertemu dan berada dalam kondisi-kondisi di mana tubuhnya akan dilimpahi endorfin. Ya, Anda tahu endorfin? hormon kebahagiaan yang mampu membuat sehat dan menghalau penyakit bahkan kanker sekalipun.

Dukungan orang-orang terkasih,  tercapainya impian akan pertunjukan yang sukses, dan cara pandang yang positif tentang penyakit yang menderanya, semua akan menjadi modal banjir endorfin. Inilah yang akan membuat sel kanker tak pernah bisa sejahtera di dalam tubuh Mia.

Bagaimana? Penasaran juga dengan film ini? Tonton yuk Film I Am Hope The Movie di Bioskop pada tanggal 18 Februari 2016. Dan buat yang mau nonton, ada info menarik di bawah ini:

Oh ya. Up date info terkini seputar Gelang Harapan, maupun Film I Am Hope The Movie, selain bisa diikuti di website keduanya, bisa pula diakses di Uplek.com. Uplek adalah media online berbasis Sosio-Digipreneur yang digagas oleh para penulis dan blogger yang mengusung serta berbagi konten positif.

Jangan lupa tanggal 18, tonton film nya ya!

Salam hangat dari Bondowoso

Share

9 thoughts on “I Am Hope: Karena Harapan (Memang) Selalu Ada

  1. Pengen banget aku nonton film ini.. Sangat mengispirasi .. Aku juga dua tahun yang lalu kehilangan adik yg aku sayangi.. Dia meninggal krn kanker nasofaring stadium 4.. Anaknya dua masih kecil2.. Kanker nasofaring itu cepat sekali membiak dari stadium 2 sampe stadium 4 cuma 2 tahun..

  2. saya selalu salut untuk orang-orang yang berjuang melawan kanker, apakah dia pasien kanker atau bukan, apalagi mengetahui orang sperti mbak Tri Wahyuni, yang sambil berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya..dia mampu menyelesaikan bukunya..

    keep happy blogging always..salam dari makassar – banjarbaru 🙂

  3. Kalo bicara tentang penyakit satu ini pasti yang terbayang adalah kematian yang seolah sudah didepan mata. Saya pernah kehilangan beberapa teman karena kanker. Padahal saya yakin, kalo kita mau berusaha pasti selalu ada harapan ya, mbak Wid…

    Ini juga yang membuat saya berusaha hidup lebih sehat..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!