Sepanjang perjalanan hidup saya yang nyaris 40 tahun ini, sudah teramat banyak saya harus melihat dan bahkan merasakan sendiri, kegetiran hidup akibat penyakit yang mendera seseorang. Melihat beberapa sepupu tumbuh menjadi yatim/piatu di usia sangat dini karena orang tua mereka terenggut penyakit (kedua Bulik saya meninggal akibat penyakit paru-jantung di usia 20-an dan 30-an). Bahkan, saya mengalami sendiri nyaris kehilangan pegangan hidup akibat kepergian Bapak, di usia beliau yang belum genap 50 (Alfatihah …) *saya mengetik sambil berkaca-kaca.
So, I choose to prevent!
So, I choose to prevent! Semangat itu pulalah yang mentenagai blog ini. Buat teman-teman yang sudah sering main ke mari, pasti sudah tau apa hal dominan yang saya share di sini. Pola makan, penyembuhan holistik, and the bla… bla…bla, yang kesemuanya berhubungan dengan “bagaimana agar tak jatuh sakit”. Ini saya lakukan untuk menyemangati diri saya sendiri agar senantiasa menjaga sehat. Ini tentu juga saya lakukan, agar semakin banyak dan baaaanyak teman yang terinspirasi untuk menjaga kesehatan mereka dengan melakukan pencegahan penyakit
Sehat itu mahal ! Kata mereka. Tapi saya yakin, sakit lah yang jauh lebih mahal.
Karena “harga” sakit bukan sekadar obat yang harus dibeli. Pun bukan sekadar sebesar tarif rawat inap RS dan segala biaya medis lainnya. Kerugian akibat sakit juga tak dapat sekadar dikuantifikasi dengan seberapa jam produktif yang telah hilang karenanya. Tidak!
Saya sudah mengalami sedihnya ketika seseorang yang kita cintai sakit. Harus berhari-hari menjaga almarhum di RS. Keluar masuk rumah sakit, berkali-kali mengalami serangan jantung, yang juga membuat kami yang mendampingi seolah turut sakit. Hari-hari yang dilalui dengan penuh kekhawatiran, frustasi, … itu sungguh tak bisa dikuantifikasi dengan nilai uang. Apalagi ketika kemudian beliau akhirnya berpulang akibat penyakit yang sama di puncak krisis moneter tahun 1998. Kesedihan, kehilangan, kegamangan menatap masa depan dll, saya rasa tak bisa dinilai dinilai dengan berapapun jumlah uang.
Sehat Itu Kodrat
Membaca buku dokter Tan Shot Yen, sangat membukakan pandangan saya soal sehat dan sakit. Dulu, ketika didera sakit berkepanjangan, saya pernah sampai pada satu kesimpulan bahwa menjadi sakit adalah takdir. Tapi ternyata, mungkin tidak sepenuhnya demikian. Dalam keyakinan agama saya, Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Intinya, ketika kemudian jatuh sakit, dikoreksi dong, apanya yang salah. Pola makanyakah? Pola tidur dan istirahatnyakah? Atau apa? Jadi jangan menyalahkan takdir!
Sebab, kembali ke statement di atas, Tuhan sudah demikian baik membekali tubuh kita dengan sistem yang sedemikian canggih. Ada berbagai kemampuan yang dimiliki tubuh kita untuk bertahan hidup. Sistem kekebalan tubuh, kemampuan tubuh untuk membuang racun alias detoksifikasi, kemampuan tubuh untuk meregenerasi sel-selnya, dan banyak lagi. Manusialah yang seringkali, karena ketidaktahuannya, merusak tatanan tersebut.
Kami, Dan Penyakit Jantung
Selama bertahun-tahun, penyakit jantung koroner bagai manjadi mimpi buruk dalam keluarga saya. Ketika itu, tahun 1996, Bapak untuk pertama kalinya mendapatkan serangan jantungnya yang pertama. Sejak saat itu, hidup kami dipenuhi kekhawatiran. Kekhawatiran akan kondisi beliau, kekhawatiran akan masa depan.
Dokter pernah menyarankan beberapa tindakan medis. Sayang sekali tak semua saran dokter dapat kami biayai saat itu. Dan kemudian takdir menjemput, beliau berpulang di usia sangat muda. Belum genap 50. Pasca kepergian beliau, banyak sekali tanya soal penyakit satu ini yang berputar-putar di kepala saya. Kenapa beliau sakit? Kenapa dengan pola makan relatif sehat (setidaknya dalam pandangan kami saat itu) beliau masih saja terkena penyakit jantung, kenapa? Ah… tak habis “kenapa” itu berputar di kepala saya. Dan semua terjawab baru beberapa tahun terakhir, ketika saya lebih serius mempelajari tentang kesehatan khususnya pola makan.
Salah satu faktor terberat yang (bisa jadi) membuat beliau sakit adalah, beliau perokok pasif. Parah! Jika harus berada dalam acara pembinaan bagi kelompok tani (beliau PPL) beliau harus berjam-jam dalam ruang yang dikepung asap rokok. Dan kondisi demikian terjadi selama lebih dari duapuluh tahun, sepanjang karir PPL nya.
Saya Tidak Ingin Mengulang Sejarah Kelam
Belajar dari kasus almarhum, saya tak ingin melakukan kesalahan yang sama. Sungguh, kalau soal maut, semua sudah punya catatan ketetapannya. Tapi, menjaga sehat, bagi saya adalah bagian dari wujud rasa syukur bahwa Tuhan telah begitu baik membekali kita dengan raga yang sempurna.
Menjaga sehat, adalah bagian dari wujud rasa syukur bahwa Tuhan telah begitu baik membekali kita dengan raga yang sempurna.
Berbagai hal saya lakukan untuk berusaha tidak mengulang sejarah kelam. Ini beberapa di antaranya.
1. Berperang dengan asap rokok
Saya… menyatakan perang terhadap asap rokok, sejak saat itu. Bahkan kepada suami yang tadinya merokok, saya katakan, “saya tidak rela melihatmu mati pelan-pelan didepanku dengan cara begini”. Dan diapun berhenti menjadi perokok.
Dalam acara-acara dinas yang terkadang undangannya cuek bebek merokok dalam ruangan (ber-AC pula), jika sudah sedemikian parah, dan pimpinan rapatnya tidak juga peduli dengan nasib kami yang bukan perokok, saya memilih keluar. Saya tidak peduli jika dianggap tidak sopan atau apa, karena sesungguhnya dalam pandangan saya yang merokok itulah yang tidak sopan.
2. Pola Makan Sehat
Pola makan sehat sudah menjadi gaya hidup saya dan keluarga. Ini sudah menjadi pilihan, karena kami suka sehat. Sehat itu sangat menyenangkan. Jadi sehari-hari makanan kami berlimpah buah-sayur, cukup bebijian serta protein berkualitas. Saya sangat percaya, seluruh substansi baik dalam bahan makanan sehat tersebut, semua akan bersinergi membangun sel-sel sehat pada jantung (dan organ lain, tentu).
Kami juga memilih untuk mengkonsumsi lemak tak baik, secukupnya saja. Lauk tak selalu digoreng, kue-kue dan kudapan yang menggunakan margarin juga kami batasi, apalagi lemak dari hewan yang berasal dari jerohan, kulit dll itu sudah lama kami hindari. Karena menurut sebuah referensi, diet yang tinggi lemak jenih menyebabkan peningkatan resiko terkena penyakit jantung sebanyak 31%.
3. Aktifitas Fisik
Tentu, jantung sehat juga membutuhkan aktifitas fisik yang berimbang. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko penyakit jantung sebesar 50%. Maka, bagaimanapun sibuknya saya, tetap berupaya setidaknya seminggu dua kali berolahraga. Ke kantor yang jaraknya dekat saya juga biasa berjalan kaki.
4. Stress Manajemen
Saya sangat yakin, kondisi stres sangat dahsyat mengubah kondisi tubuh ke arah negatif. Untuk jantung, stres menimbulkan perangsangan saraf simpatis. Stres membuat irama detak jantung tak teratur yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner). Stres juga menimbulkan hipertensi, yang bisa memicu gagal jantung.
Menghindar dari stress tentu hampir mustahil, karena beban hidup manusia modern saat ini sedikit banyak pasti memicu stress. Yang bisa saya lakukan adalah memanajemen si stress.
Lebih banyak meluangkan waktu untuk bersyukur, berterimakasih kepada Sang Maha pemberi atas segala yang telah Dia limpahkan pada kami. Bukannya terus menerus menyesali apa yang belum bisa kami raih.
Sesekali kami meluangkan waktu menikmati aktifitas jalan-jalan di alam. Bagi kami, melihat dan menikmati alam semacam membasuh jiwa kami yang penat dengan tumpukan beban hidup. Dan itu tentu juga bisa menjadi obat stres yang ampuh.
Dunia Medis Modern Dan Penyembuhan Holistik
Well… seteguh apapun saya berusaha melakukan tindakan terhadap penyakit jantung (dan juga penyakit lain) saya tahu, tidak mungkin 100 persen saya selalu sehat. Adakalanya saya lengah, atau tak berdaya untuk terus berada dalam 100 persen kebiasaan sehat. Sesekali makan asal, karena tuntutan interaksi sosial misalnya. Atau sesekali kurang tidur karena menyelesaikan tanggungan pekerjaan. Sakit adalah salah satu konsekuensinya.
Saat itulah, saya tahu, saya butuh jasa medis, dokter praktik atau Rumah Sakit. Meski demikian sebenarnya, Fasilitas kesehatan seharusnya bukan hanya menjadi jujukan ketika terlanjur sakit. Fasilitas kesehatan mestinya juga menjadi tempat yang mempromosikan pencegahan terhadap penyakit.
Fasilitas kesehatan seharusnya bukan hanya menjadi jujukan ketika terlanjur sakit. Fasilitas kesehatan sudah semestinya menjadi tempat yang mempromosikan pencegahan terhadap penyakit.
In Harmony Health Clinic (IHHC)
Sejalan dengan apa yang saya tulis di atas, beberapa waktu lalu, melalui postingan beberapa teman blogger saya jadi tahu perihal keberadaan In Harmony Health Clinic, sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan dalam ranah preventif.
Tahun 2020 nanti, diprediksikan "pencegahan" akan menjadi tren kesehatan dibandingkan "pengobatan". Karenanya, In Harmony Health Clinic berkomitmen untuk menciptakan pusat pelayanan kesehatan holistik, yang menyediakan berbagai opsi layanan medis, alternatif, dan preventif, serta memiliki kerjasama strategis antara berbagai institusi dan penyedia layanan terkait.
Yang menarik juga bagi saya sebagai pecinta penyembuhan alami adalah, saat mencari tahu apa saja layanan Rumah Sakit ini, ternyata ada 3 katagori layanan yang termuat dalam web IHCC yakni:
- In Harmony Clinic Medical
- In Harmony Clinic Charity
- In Harmony Clinic Herbal
Bagi saya, sangat membahagiakan ada sinergitas antara dunia kedokteran modern dengan ilmu penyembuhan tradisional/alami (Herbal). Sayangnya, saat saya coba klik lebih lanjut untuk mencari tahu, ternyata di web belum tersedia informasi lengkapnya. Mungkin ini dikarenakan web masih sedang di- maintain, atau memang belum selesai sepenuhnya.
Saya turut berharap, ke depan In Harmony Health Clinic benar-benar bisa mewujudkan cita-citanya untuk menjadi pelopor klinik imunisasi dan vaksinasi terlengkap, terdepan, serta pengembang layanan preventif terkemuka di Indonesia. Karena seperti halnya penyakit jantung yang bisa dicegah dengan berbagai upaya yang saya ceritakan di atas, banyak penyakit lainnya yang juga bisa dicegah salahsatunya dengan vaksin.
"Jagalah Sehatmu Sebelum Sakitmu"
Bondowoso, 16 Juni 2016
WY
Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
betul ya mba, walaupun kita sepertinya sudah menjaga kesehatan, tapi kadang kita lengah, dan medis lah yg kita butuhkan.
Penyakit Jantung memang momok juga ya mba, karena kakak saya juga sempat jatuh di kantor, awalnya ga ketawan kenapa, pas dicek ternyata itu akibat serangan jantung.
olahraga olahrga olahraga .. sebenarnya gampang sih cuma olahraga 30 menit setiap hari, tapi kadang cuma jadi wacana aja buat aku hahaadeh
Tipsnya bermanfaat sekali mbak. Meski sulit tapi manfaatnya pasti lebih besar ya mbak. Semoga sehat selalu.
Jadi sakit itu sebenarnya bisa dicegah ya Mbak. PR banget buat saya yang masih suka makan sembarangan hiks.
Iya Mbak bener, sakit lbh mahal dari sehat. Moga kita sehat2 terus ya mbak 🙂
Keren nih konsep kliniknya… Karena mencegah lbh baik segala2nya drpd mengobati ya…
menjadi sehat memang mahal,, tapi menjaga tubuh dan jiwa untuk tetap sehat nggak mahal-mahal amat ya mbak