menu sehat untuk berbuka puasa

Ingin Manfaat Kesehatan Optimal Berpuasa? Ketahui Menu Sehat dan Praktis Untuk Buka Puasa Ini

Share

Halo.
Ada yang suka mengamati dan menghubungkan antara menu buka puasa yang biasa dipilih dengan kondisi kesehatan selama berpuasa? Saya dari tahun-ke tahun selama beberapa tahun terakhir sering mengevaluasi menu kami dan kondisi kami saat Ramadan. Karena sudah menjalani pola makan sehat food combining, termasuk tetap mematuhinya saat puasa selama sekitar 9 kali ramadan, maka saya rasa cukup untuk mengambil kesimpulan.

Ditambah lagi duo kiddos kami kemarin awal Ramadan pada sakit pasca cheating. Kenapa cheating? Ceritanya si adek merencanakan buka puasa bareng dengan ganknya. Si kakak ikutan dong, dan kami juga menemani. Kakak adek buka puasa minumannya squash, pakai es dong. Dan pasti ada aditif ya di dalamnya. Ya pewarna, ya perasa, pengawet juga. Gula? Oya tentu! Untuk makannya si kakak order burger, si adek bento plus sushi. Makanan kakak tentu mengandung gluten, daging prosesan dan saus penuh aditif pula. Sedangkan makanan adek berlimpah protein hewani. Tahu dampaknya? Alarm tubuhnya langsung nyala. Si kakak panas berhari-hari, si adek batuk pilek parah.

Itulah mengapa saya makin meyakini, bahwa menu sehat (insyaallah) yang kami konsumsi 9 tahun terakhir termasuk ketika bulan puasa, menurut kami telah turut berkontribusi terhadap perbaikan kondisi kesehatan kami selama puasa. Kalau sebelumnya, puasa identik dengan perut tersiksa. Lapar dan perih melilit saat siangnya dan begah tak nyaman saat malam setelah berbuka atau setelah sahur. Beberapa kali malah sempat batuk pilek bahkan radang tenggorakan saat Ramadan. Alhamdulillah kini tidak lagi.

Mengapa Butuh Makanan Sehat Untuk Optimalkan Manfaat Sehat Puasa

Pernah merasa enggak, bahwa saat bulan Ramadan, kapasitas perut kita relatif berkurang? Saya iya banget. Makan sedikit saja sudah terasa kenyang. Buka puasa dengan segelas tanggung (200 ml) air jeruk peras saja sudah terasa mengenyangkan. Wajar ya. Karena kalau menurut guru saya, lambung juga mengalami penyesuaian. Waktu makan kita saat puasa juga jauh berkurang dari biasanya. Kalau di sini, magrib sekitar pukul 17.30 dan isya pukul 18-30, ada dua jam saja untuk makan masih dikurangi waktu sholat margib. Anggap selesai tarawih pukul 20.00 dan tidur pukul 22.00, berarti kita punya tambahan 2 jam lagi dan ditambah waktu sahur sekitar 1 jam-an. Jadi selama puasa kita cuma (anggaplah) punya 5 jam jendela makan. Sedangkan di hari biasa? Lebih dari 12 jam, bukan?

Nah, sempitnya waktu makan ditambah makin mengecilnya volume lambung, artinya makanan yang masuk jauh lebih sedikit. Dengan kondisi demikian, relakah kita memasukkan makanan kosong gizi ke dalam tubuh kita? Wah, kalau saya enggak rela banget. Sayang sekali.

Selain itu, puasa sering disebut-sebut sebagai detoks. Saya membaca dari berbagai sumber, proses detks itu perlu energi besar. Artinya juga butuh asupan makanan yang terbaik. Tapi di sini yang dimaksud justru bukan makanan tinggi protein semisal protein hewani dan teman-temannya, lo. Melainkan asupan mudah cerna. Apalagi kalau bukan buah dan sayur.
Lagi pula secara logika, jika puasa dianggap sebagai detoks, artinya bersih-bersih tubuh kan? Nah, alangkah lucunya jika ketika dibersihkan, saat yang bersamaan kembali dikotori oleh makanan yang sebenarnya kurang dibutuhkan tubuh.

Anda mungkin juga perlu membaca: Menu Food Combining Selama Puasa Ramadan

dan

Salah Kaprah Soal Takjil untuk Buka Puasa

Contoh Cara Menyusun Menu Buka Puasa

Saya memiliki beberapa prinsip dalam menyusun menu. Beberapa yang mungkin perlu diketahui, adalah:

  1. Diutamakan terbuat dari bahan-bahan lokal dan segar. Teman-teman tentunya sudah tahu ya, mengapa kita perlu makan sesegar mungkin? Unsur-unsur penting didalamnya masih utuh, masih sedikit kerusakannya. Bagaimana dengan bahan lokal? Makin dekat makanan tersebut dihasilkan, makin cepat distribusinya mencapai meja makan kita. Iya kan? Selain itu, saya pernah membaca sebuah saran dari ahli nutrisi, bahwa mengkonsumsi makanan loka menguntungkan karena dia komponen penyusunnya paling cocok dengan tubuh kita. Tentunya enggak salah juga kalau teman-teman ingin mengkonsumsi kurma dan beberapa bahan non local. Toh jumlahnya biasanya jauh lebih sedikit dibanding bahan yang lokal yang kita konsumsi.
  2. Diproses sesederhana mungkin namun tetap kreatif dalam penyajian
    Sederhana, maksud saya tidak terlalu macam-macam cara pengolahannya. Misalnya, jika protein ya cukup dipepes atau di-cah. Bukan pengolahan yang panjang macam saat kita membuat nugget misalnya. Nah, supaya yang sederhana ini tidak membosankan, kita tetap kudu kreatif menyajikannya. Saya yakin, emak-emak sudah khatam deh kalau soal utak-atik menu begini.
  3. Variatif, baik dalam pemilihan bahan maupun cara mengolahnya
    Variasi bahan penting banget dalam menu makanan kita sehari-hari. maksudnya supaya kita mendapatkan berbagai unsur yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, jika kita makan yang itu-itu saja, tentu juga bisa bosan.
  4. Menghindari bahan-bahan yang tidak dibutuhkan tubuh, misalnya aditif berupa penyedap, pewarna dan lainnya.

Nah, ternyata kalau mau lebih sehat, justru simpel, kan? Siapa yang sudah coba? Sini cerita!

Share

2 thoughts on “Ingin Manfaat Kesehatan Optimal Berpuasa? Ketahui Menu Sehat dan Praktis Untuk Buka Puasa Ini

    1. Sebenarnya ga saat puasa aja sih, Mba makan harus yg bener. Ketika tidak puasa, makanan kudu dijaga banget. Btw itu buku pas banget nih buat say yg sedang jalani diet sehat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!