BULIKE: Dari Rumah, Menuju Masyarakat Berbudaya Literasi

Share

Sahabat Keluarga

Apakah teman-teman sudah tahu, bahwa kita memiliki #SahabatKeluarga? Di Kementerian Pendidikan dan Kebudayan terdapat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga juga Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas. Teman-teman bisa mengakses lamannya di Sahabat Keluarga.

Kedua direktorat ini dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015, tugasnya adalah menyiapkan dan merumuskan dan juga melaksanakan kebijakan di bidang pembinaan pendidikan keluarga. Nah, program pendidikan keluarga yang dimaksud di atas, salah satunya adalah menumbuhkan budaya literasi masyarakat Indonesia melalui Gerakan Literasi Keluarga (GLK).

Setelah saya baca-baca laman tersebut, ternyata banyak hal yang bisa kita manfaatkan untuk membantu membangun budaya literasi keluarga. Di sana bisa ditemukan informasi program dan kegiatan kedua direktorat. Menariknya lagi, juga tersedia Forum. Dalam forum tersebut, para pelaku dan pemerhati pendidikan keluarga termasuk budaya literasi keluarga, bisa saling berdiskusi dan berbagi informasi.

sahabat keluarga

Bagian yang tak kalah menariknya adalah Pustaka. Ternyata banyak sekali materi bagus yang tersedia pada bagian tersebut yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Saya juga baru tahu. Duh, kemana saja saya selama ini?

Mari Mulai Budaya Literasi dari Rumah!

Cerita saya sudah sangat panjang. Intinya sebenarnya begini, setiap keluarga memiliki potensi besar untuk bangkit dalam hal literasi. Kuncinya hanya mau memulai. Sekadar memulai kebiasaan membaca sepuluh menit saja dalam sehari, akan sangat berarti. Semoga informasi di atas bermanfaat bagi teman-teman. Ayo dong, ceritakan bagaimana budaya #literasikeluarga di rumah teman-teman. Saya tunggu di kolom komentar, ya.

Share

51 thoughts on “BULIKE: Dari Rumah, Menuju Masyarakat Berbudaya Literasi

  1. Lengkap banget bahasannya, anakku juga sekarang ikut-ikutan nulis diary kegiatan hariannya, terutama kalau habis bepergian, mirip travel blogger, tapi nulisnya masih di buku

    1. Wah salut sekali dengan bapak Mbak Wid yang menyediakan buku buku dan majalah sejak Mbak Wid masih kecil ya. Aku dulu juga pengunjung setia perpustakaan. Dari SD, SMP, SMA sampai kuliah. Kecintaan membaca memang dimulai dari kecil ya Mbak. Salut sama si bungsu yang melalap semua buku. Bahkan perpus daerah ya Mbak.

  2. Jadi kena sentilan saat membaca artikel ini 🙂 kalau diingat-ingat sudah lama sekali saya ga baca buku, bahkan koleksi novel sudah mulai berdebu karena ga di tengok…
    Mulai budayakan membaca juga ah, sekalian beri contoh ke anak, kalau membaca itu menyenangkan dan bisa jadi sumber ilmu

    1. perpustakaan kota kami adalah tempat yg paling sering saya dan si kecil jadikan tujuan wisata, bermain, belajar, bergembira. Kalau saya lagi bingung, nanya si kecil :”enaknya jalan-jalan ke mana ya kita hari ini, pasti jawabnya: perpus dong.” hehehe

    2. Literasi kita memang rendah. Saya menilai diri sendiri di keluarga kami. Biasanya satu bulan minimal ada satu buku yang saya baca, sekarang malah gak ada sama sekali. Kalah sama kegiatan online dan digital. Tapi setidaknya masih terhibur dengan aktifitas menulis blog.

  3. Setujuuuu! Mau anak doyan baca ya ortunya beri contoh. Dari bayi diajak read aloud itu ngefek banget lho. Meski si anak udah bisa baca, kadang tetap bacain buat bonding juga

  4. Mbaaaak widddd ♥️♥️♥️ masya Allah keren sekaliii mbakku satu ini. Barakallah mbaak semoga apa yang dibagikan lewat tulisan yg begitu inspiratif ini memberikan banyak kebaikan lagi kedepannyaa. Terus semangat berbagi inspirasi di dunia literasi ya mbak ♥️

    Aku pribadi juga bersyukur banget punya ayah dan kakek yang gemar baca dan selalu memberikan support guna mendapatkan bacaan yg bagus dan berkualitas, semoga calon suami nanti juga begitu. Aamiin 😅 kok jd curhat disni ya hahaha

    Sukses selaluu mbakku ♥️ semogaa bisa meetup yaa someday, aku lg d surabaya ini skrng hehehe

    1. Dirimu juga kereeeeen. Apalagi ada pengalaman sekolah ke luar Indonesia juga. Itu bisa ditulis dan bakal sangat menginspirasi. Semoga dapat suami yg juga suka buku. haha…Aamiin. Aku ada rencana mengisi Writing Clinic di Surabaya.

    2. Setuju banget mbak, budaya melek dan cinta literasi itu harus dimulai dari rumah. Org tua memegang peran penting di sini.
      Btw pembahasannya lengkap banget selalu keren tulisan buketu

  5. Setelah baca ini aku jadi inget proyek nulis buku traveling yang belum selesai. Thank u mba sudah jadi kompor penyemangat wkwkkw

  6. Halo, Mbak Widya…
    Salam kenal sebelumnya,

    Berkunjung ke artikel ini mengingatkan aku yang masih malas-malasan mengerjakan deadline padahal Mbak Widya kesibukannya melebihi aku. Tidak peduli sudah atau belum menikah, literasi memang sangat diperlukan sehari-hari dengan membaca beragam buku yang tak hanya banyak tapi juga berkualitas agar kemampuan berpikir kita dapat terasah dengan baik.

  7. Bener banget mbak, memupuk budaya literasi itu memang harus dimulai dari rumah.

    Pastinya orangtua menjadi teladan bagi anak.

    Keren sekali mbak wid, ya nulis buku ya ngeblog..

    Mantap 🙂

  8. Itulah kenapa saya suka belikan buku untuk anak. Rasanya senang liat anak bahagia dan bs berbagi bacaan bersama teman2nya. Bukan barang mewah tapi bangga memilikinya karena bs membudayakan suka baca buku

  9. Sedang berproses nih untuk menjadikan rumah punya budaya literasi terutama ke anak2.. budaya membaca besar banget manfaatnya buat anak2

  10. iya emang setiap anak itu unik, perlakuannya sama tapi hasilnya bisa aja berbeda. Anak pertama saya juga penggila buku, bahkan makan pun disambi baca buku. Anak kedua, suka baca juga, tapi tak “segila” kakaknya.

    Lengkap banget ulasannya, semoga menang lombanya ya mbak

  11. Masya Allah, Mbak … biarpun mengatakan dirimu tak hebat, di mata saya dan banyak orang, Mbak Wid adalah sosok luar biasa.

    Sehat selalu ya Mbak Wid agar selalu memotivasi di grup IIDN dan di mana pun :*

  12. Sepakat banget kalau membangun literasi ini diajarkan sejak dari rumah. Nemanin nak membaca, nemanin baca buku, beliin buku. Memang ini proses tapi sebagai orangtua, kita harus lakukan ini. Semangat, mba

  13. Memang betul mbak, membuat budaya literasi lekat di kehidupan berawal dari keluarga. Menumbuhkan kecintaan itu nggak mudah, pe-er sekali jadi orang tua agar anak-anak bisa melek literasi.
    Saya besar di rumah yang penuh dengan surat kabar, majalah dan buku-buku. Lambat laun, saya pun mencintai buku. Jodoh pun dengan laki-laki pecinta buku. ^^
    Sejak kecil, anak-anak suka saya ajak ke toko buku, membiarkan mereka memilih buku sendiri.
    Itu sih, cara-cara kecil saya menumbuhkan literasi di lingkup keluarga.
    Tulisannya lengkap banget mbak, semoga menang. ^^

  14. Aku percaya bahwa tidak banyak keluarga yang membiasakan anaknya untuk dibelikan buku, mbak. Macam buku tuh harganya lebih mahal dari pada baju. Karena di lingkungan sekitarku nemu aja gitu.Tapi,aku paling suka kalau beliin ponakan aku buku cerita gitu mbak, dia antusias banget, jadi yang beliinnya tambah semangat, ehehehe
    Aku jadi inget ada banyak bukuku yang belum kubaca nih, huhuuuu

  15. Masya Allah, mentorku yang satu ini memang hebat bener. Kereen!
    Idenya bisa ditiru ini, keknya akau kurang berusaha untuk meningkatkan minat baca anak-anakku. Tapi setuju, semua dimulai dari keluarga ya..Wah jadi makin semangat lebih peduli pada budaya literasi di rumah ini

  16. Minat membaca pada anak-anak sebenarnya memang tinggi
    Kendalanta ya itu, orang tua minat beli bukunya rendah. Atau mungkin bisa jadi, pendapatannya yang minim, jadi tidak ada sisa bagian buat beli buku. Gajinya pas untuk makan.
    Saya ada keinginan membuka taman baca mungil, eh terkendala dana buat sewa kios.
    disini lumayang mahal.
    Koleksi buku saya sebenarnya juga sudah lumayanlah.

  17. Minat baca anak di mulai dari rumah ya seharusnya, tapi kadang ada beberapa orang tua keberatan untuk membelikan buku anaknya. Masih ada cara lain sih kalau memang niat supaya anak gemar membaca. Semoga masayrakat Indoensia lebih meningkatkan lagi berbuday aliterasinya

    1. Membangun busaya literasi memang tidak bisa instan ya mba, harus dimulai dari keluarga. Dari orang tua lah anak-anak belajar untuk makin mencintai aktivitas membaca yang merupakan awalan kecintaan pada literasi.

  18. aku sudah masuk ke tahapan orang tua yang support membelikan buku bacaan anak mba cuman belum pernah ajakin anak-anak ke perpustakaan nih jadi pengen deh ajakin mereka beneran kasih ide nih buat aku baca ini

  19. Happy banget kalau lihat anak-anak sedari kecil sudah suka membaca dan pintar menuliskannya kembali. Entah itu dalam bahasanya sendiri atau persis seperti aslinya. Jadi literasi itu adalah sebuah proses memahami dan belajar.

    Btw,
    Kak Widya ITS Teknik Lingkungan angkatan berapakah?
    **hehehe…ini di luar topik yaa…soalnya sepupuku juga ada yang teknik Lingkungan ITS namanya Halimatussa’diyah.

  20. Setuju mba, ortunya harus suka baca dulu baru mengajak anaknya cinta buku, sama-sama membaca buku kesukaan di rumah ya jadi tak hanya menyuruh

    1. Keren…
      Saya sempat membuat Pojok Baca di teras depan toko, tapi sekarang vakum karena kendala tempat.
      Btw, buku “Food Combining” ini sukses bikin saya berpikir seratus kali buat makan bakso lho, hehe…
      Meski kadang hasrat makan-apa-saja tetap lepas kontrol, terutama saat liburan dan jalan2.

  21. Alhamdulillah keren mbak, saya juga lagi belajar untuk menerapkan literasi ke keluarga. Semoga bisa mengikuti jejak mbak, memiliki anak yang gila baca, dan bisa menelurkan buku-buku solo yang bergizi dan manfaat. Aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!