Merdeka belajar bersama VivoBook A14

Merdeka Belajar Bersama ASUS VivoBook 14 (A416): Jalan Pendidikan Ala Embun dan Matahari

Share

“Setetes embun menguap,

setelah cahaya matahari pagi menghangatkannya.

Uap yang menjadi takdir hidup di hari-hari berikutnya”

-Bondowoso, 20012021-

“Anak ibu menunjukkan gejala-gejala ini”, perempuan muda itu mendekatkan sebuah buku catatan yang tidak terlalu baru ke mukaku.

Tertulis di sana, “Gejala-gejala autis”
Sulit diajak komunikasi
– Suka memperhatikan benda berputar

Tulisan selanjutnya masih banyak, namun yang aku sudah tak lagi terlalu ingat, karena pandangan mengabur oleh air mata saat itu.

Ya, walau akhirnya dugaan autis yang dikemukakan guru muda di sekolah PAUD itu tidak terbukti melalui serangkaian proses dan prosedur melelahkan, akhirnya kami tahu ada sesuatu yang berbeda pada anak kami. Dan sejak saat itu kami juga sadar, ada perjuangan ekstra yang nanti harus kami lalui untuk mengawal tumbuh kembangnya. Hingga nanti, saat kami tak lagi mampu menemaninya.

Asa, panggilannya. Nama kecil yang membawa harapan. Arundaya nama depannya, kami namakan demikian karena artinya adalah matahari pagi, sama makna dengan nama panggilannya, kami amat berharap keajaiban-demi keajaiban untuk anak ini. Anak yang melewati berbagai tantangan tak mudah bahkan sejak masih berupa janin di dalam rahim saya.

Lain Asa, lain Raniah. Hayatunnada, nama belakangnya, embun kehidupan kami. Yang memberi sejuk pengobat lelah kala kami terbanting-banting memperjuangkan kakaknya. Anak kedua, kami yang perempuan ini, adalah gadis kecil yang amat mudah diasuh, bahkan sejak janin. Tak ada kesulitan berarti. Hingga masa SD Raniah amat kooperatif, mandiri, bahkan di sekolah dikenal amat penolong dan amat baik prestasi akademiknya.
Tapi, setiap anak, pasti memiliki tantangan. Begitu pun dengan kedua anak tersebut, Embun dan Matahari Pagi kami ini. Baca juga: Banyak maunya menjelang usia 40 tahun.

Bermain adalah dunia Asa dan Raniah. Dengan bermain mereka bisa belajar dengan cara yang menyenangkan.

Memaknai Konsep “Merdeka Belajar”


Mas Mendikbud RI tempo hari mencanangkan konsep merdeka belajar. Dalam konteks pendidikan Indonesia konsep ini dimaksudkan untuk menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Konsep merdeka belajar sebenarnya telah dikemukakan dalam salah satu konsep aliran filsafat pendidikan progresivisme, yakni oleh John Dewey. Konsep ini mengusung kemerdekaan dan keleluasaan kepada lembaga pendidikan untuk mengekplorasi potensi peserta didiknya secara maksimal dengan menyesuaikan minat, bakat serta kecendrungan masing-masing.

Tetapi apakah konsep ini telah terasa betul bagi anak-anak kami? Anak-anak sudah menempuh pendidikan SD di sebuah SDIT di kota kami selama 6 tahun. Dari sisi penerimaan guru terhadap kekhususan yang dimiliki Asa, ini cukup membantu. Setidaknya Asa tidak mengalami bully atau penghakiman serta segala hal negatif terhadap segala yang berbeda pada dirinya. Dari sisi karakter, juga cukup memadai. Anak-anak menjadi pribadi yang sopan, jujur, ramah dan penyayang. Sebagai muslim yang amat penting adalah penanaman iman dan taqwa.

Namun, kekurangannya, anak-anak kami menjadi amat “terampas” waktunya demi melakukan hal-hal yang tidak mereka minati. Pelajaran-pelajaran yang akhirnya juga harus disesuaikan dengan kurikulum, dengan aneka target yang membuat anak-anak kehilangan waktu berharga mereka untuk mengembangkan apa yang mereka sukai. Lebih-lebih ketika kelas 6, saat anak-anak masih terkantuk-kantuk mereka telah harus berada di sekolah demi mengejar sesuatu yang tak pernah mereka minati, yakni belajar untuk ujian atau apalah namanya itu.

Sebagai orang tua, ini tentu menjadi keprihatinan kami. Dan yang lebih penting untuk diperhatikan bahwa anak-anak kami sudah terang-terangan menunjukkan protesnya bahwa, TIDAK mau sekolah SMP kalau sekolahnya tetap seperti kemarin-kemarin.

Bagi Asa, ini amat kami sadari dan kami sudah siap saat ini terjadi. Tapi bagi Raniah? Anak yang pada SD nya berada di kelas berisi anak-anak grade A (anak-anak dengan prestasi akademik terbaik di sekolah mereka, diletakkan pada kelas khusus yakni A) dan acap menunjukkan prestasi akademik sangat baik dengan nilai beberapa mata pelajaran nyaris sempurna, ini menjadi pemikiran kami juga.

Sebagai ibu, pembelajar, yang di usia menuju pertengahan 40an ini masih bercita-cita menempuh S3. Saya amat ingin Raniah bersekolah di sekolah negeri atau swasta favorit lalu nanti ke perguruan tinggi terkemuka di negeri ini bahkan kalau bisa di luar negeri sana. Sebagai orang yang pernah terampas cita-cita menjadi dokter akibat kondisi ekonomi orang tua, ada harapan bahwa Raniah kelak bisa melanjutkan cita-cita saya. Ah, sedikit egois ya. Tapi saya rasa banyak orang tua juga mengalaminya. Baca juga: Perempuan bloger dan impian pendidikan tinggi.

Tapi anak adalah individu merdeka, dia anak kami, tapi bukan milik kami. Mereka saya gembol ke mana-mana dalam rahim, saya lahirkan dengan taruhan nyawa, tapi bukan milik saya.

Merdeka adalah bebas belajar
Ilustrasi karya Raniah (siswi kelas 7) yang menggambarkan kebebasan untuk belajar dan menentukan pilihan sekolahnya. Raniah menggunakan Ibis paint untuk mengerjakan ini.

3 Pilihan Jenis Sekolah

Sekolah seperti apa yang cocok untuk keduanya? Saya dan suami berkali-kali berdiskusi dengan mereka sejak keduanya masuk di kelas 6 SD. Selain itu saya juga mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pilihan pendidikan dan model sekolah. Setelah browsing dan cari info sana-sini, secara garis besar ada 3 hal yang bisa menjadi pilihan anak-anak kami.

Sekolah Komunitas

Adalah konsep sekolah yang kelola bersama-sama oleh sebuah komunitas. Konsep pendidikan berbasis komunitas memberi ruang untuk keterlibatan orang tua secara lebih aktif. Pada sekolah dengan konsep ini, kehidupan belajar dibangun atas dasar kesepakatan bersama.

Sekolah Alam Solo Raya
Sekolah Alam Solo Raya (SELASAR) berbasis komunitas. Siswa bebas mengerjakan proyek sesuai dengan minatnya. Sumber foto: SELASAR

Homeschooling

Homeschooling (HS) adalah sekolah rumah, bersekolah di rumah, atau pendidikan yang berbasis rumah atau semacamnya. Intinya banyak sekali definisi tentang HS ini, namun pada dasarnya, dalam konsep ini rumah tangga berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak mereka tidak memandatkan tugas tersebut ke lembaga sekolah.

Unschooling

Dalam konsep ini, anak adalah pusatnya dan dia bebas menentukan arah pendidikannya. Mereka bisa melakukan apa saja. Belajar apa saja.

Ketiganya sebenarnya memiliki benang merah, meski tak persis serupa. Sekolah komunitas digerakkan oleh kesamaan pandangan akan kemerdekaan belajar yang belum diperoleh di sekolah formal, homeschooling dan unschooling meminta peran orang tua dan lingkungan terdekat si anak untuk menjadi teman belajar.

Ketiganya sebenarnya bisa dibilang memiliki karakter home based education. Memilih salah satu dari ketiganya, dan meninggalkan sekolah formal, meski memberi harapan banyak keuntungan, pasti juga ada sisi kelemahannya. Karenanya kami berusaha mencari info sebanyak-banyaknya.

Beberapa kegiatan dan prestasi anak homeschooling. Yang paling kiri adalah Ivo, Putra Mbak Ferdi teman saya. Ivo memilih Unschooling

Berbagai Alasan Memilih 3 Jenis Sekolah di Atas

Alasan memilih homeschooling, unschooling atau pendidikan non formal lainnya

  1. Kurikulum sekolah formal dianggap terlalu berat atau kurang sesuai dengan anak
  2. Anak memiliki aktivitas padat di luar sekolah
  3. Sekolah formal tidak sesuai dengan gaya belajar si anak
  4. Anak berkebutuhan khusus
  5. Memastikan lingkungan yang baik
  6. Biaya sekolah yang amat tinggi
  7. Orang tua sering berpindah tempat, dan sebab-sebab lainnya

Ilustrasi dan Menulis, Jalan Panjang Embun Matahari

Singkat cerita, karena berbagai pertimbangan akhirnya kami memilih sebuah sekolah di Solo coret. Dengan berbagai drama dan liku-liku perjalanan kini Embun dan Matahari kami bergabung dengan sebuah sekolah berkonsep sekolah komunitas di Solo Coret, bernama SELASAR, Sekolah Alam Solo Raya.

Seperti apa kegiatan anak-anak di sana? Oh ya, tepatnya bukan hanya anak-anak, karena konsep sekolah komunitas, maka kami bapak emaknya juga turut aktif dalam berbagai aktivitas sekolah. Program besarnya adalah setiap anak harus punya karya, satu karya dalam 1 semester (di sini disebut musim).

Karya adalah tema yang benar-benar dipilih anak-anak untuk dikerjakan secara konsisten dan serius, sukur-sukur jika pada akhirnya nanti dapat menghasilkan/dijual. Pada bagian ini, ada keterlibatan orang tua dan fasilitator untuk mendampingi, member saran, dan lainnya namun aktor utamanya adalah si anak.

Foto-foto kegiatan sekolah alam solo raya
Beberapa kegiatan SELASAR seperti siswa mempresentasikan proyeknya, diskusi dan acara outdoor. Sumber foto: SELASAR

Raniah memilih tema ilustrasi. Sebuah tema yang sudah dia tekuni dan jadikan sumber penghasilan kecil-kecilan sejak kelas 6 SD. Asa memilih untuk mengamati perkereta-apian, suatu jenis transportasi kecintaannya sejak usia dini. Jika pada semester pertama lalu, raniah mengerjakan temanya secara lebih global, pada semester kedua ini Raniah memiliki fokus untuk mengasah kemampuannya membuat background. Ini berpijak dari analisisnya sendiri terhadap hal yang masih menjadi kelemahan.

Karya atau tema yang dipilih ini, akan dilaporkan di akhir musim. Anak-anak mempresentasikan karyanya, warga sekolah yang lain turut menyimak dan antusias untuk mengetahui apa yang selama 6 bulan dikerjakan oleh anak-anak ini. Karena masih pandemi, dan kami sekeluarga masih diribetkan oleh urusan mutasi (saya PNS yang saat ini proses mutasi ke Solo), maka anak-anak melakukan presentasi secara  online. Kami merekam dalam video sederhana sebagai berikut.

Kegiatan rutin lain adalah ngeJurnal. Anak-anak dibiasakan untuk menulis catatan harian. Sewaktu-waktu ada namanya Nge-Jurnal Wajib yang HARUS banget dipenuhi oleh anak-anak. Dengan cara ini, anak-anak terbiasa mengamati, menganalisis, dan membuat catatan. Sebenarnya bukan hanya anak-anak, ada hari khusus di mana nge-Jurnal diperuntukkan bagi orang tua dan fasilitator. Jadi, di sana kami bertumbuh bersama. Bukan hanya anaknya tapi juga orang tuanya.

Nge-Jurnal dengan menuliskan kegiatannya di rumah seperti meresensi buku.

Selain kegiatan tersebut, adalah juga aktivitas sekolah alam yang bersifat membangun raga, juga membangun kepekaan sosial dengan berbagai program charity dan volunteer.  Bagi kami, orang tuanya, program-program sekolah ini terasa sudah cukup seimbang dalam membangun generasi dari segala aspek.

Mencari dana untuk kegiatan sekolah Raniah
Upaya untuk mencari dana bagi kegiatan sekolah yang dilakukan oleh Raniah. Ibunya mendukung dengan bantu post. Sumber foto pribadi.

Apa yang Harus Kami Lakukan untuk Mengoptimalkan Proses Belajar Anak-anak?

Apakah semua mudah karena anak sudah diberi keleluasaan mengerjakan apa yang mereka mau? Oh, tentu tidak! Banyak hal yang menurut kami justru butuh upaya lebih dari orang tua.

Penyebab hal tersebut adalah:

Anak-anak seusia mereka masih cukup moody, walau segala yang dirancang telah didasarkan atas minat dan kemauan mereka, tak serta merta mereka menjalani dengan penuh semangat dan antusias setiap hari.

Waktu dan tenaga orang tua lebih diperlukan. Berbeda dengan sekolah konvensional yang kegiatan belajarnya lebih banyak dirancang dan dilaksanakan oleh sekolah. Pendidikan yang ditempuh anak-anak kami justru berpusat di rumah. Orang tua terlibat cukup intens sejak tahap membuat rancangan kegiatan.

Anak-anak seperti ini lebih “banyak maunya” dan banyak butuhnya. Oh, jelas. Imajinasi yang berkembang, cita-cita yang bebas berkelana, membuat mereka juga membutuhkan dukungan dana dan fasilitas yang tidak sedikit. Ibaratkan pepatah jawa “Jer Basuki Mawa Bea” segala sesuatu, upaya dan usaha yang baik memerlukan biaya.

Nah, dengan kondisi tersebut, ada banyak upaya yang harus kami lakukan sebagai orang tua.

  1. Berkomunikasi secara intens untuk dapat menggali apa keinginan, cita-cita, potensi, progress anak-anak. Bagi orang-orang yang sangat sibuk seperti saya, ini cukup butuh tekad. Seperti semalam misalnya, sambil menulis ini, saya meminta tolong si adik memijit pundak sembari saya tanya segala sesuatu tentang kegemarannya yakni anime.
  2. Mengingatkan akan komitmen. Ya namanya juga masih bocah. Kadang berencana sendiri, juga dilalaikan sendiri. Nah, pintar-pintarnya orang tua mengingatkan saja.
  3. Membantu dan menemani pada pekerjaan-pekerjaan yang masih terasa sulit bagi anak. Misalnya akhir semester kemarin saya harus jadi trainer menulis sekaligus editor bagi mereka. Karena keduanya masih awam soal penulisan report.
  4. Menyediakan seluruh kebutuhan alat dan bahan untuk project yang dilakukan. Ini kadang sewaktu-waktu. Begitu lihat youtube misalnya, Raniah sering terpikir mencoba berbagai resep. Orang tua kudu gercep sediakan bahan-bahan, sebelum gelora eksplorasi mereka keburu padam. Dan yang juga penting adalah Gawai baik smartphone maupun laptop. Baca juga: Laptop ASUS VivoBook S14 laptop tipis berkinerja mumpuni dengan warna atraktif.
Tips orang tua dalam pembelajaran jarak jauh

Anak-anak Butuh Gawai untuk Berkegiatan

Selama ini Raniah Menggunakan Vivobook S14 milik saya. Sedangkan Asa terkadang meminjam laptop Asus milik ayahnya atau saya. Terkadang mereka se-laptop berdua saat harus zoom meeting pada saat yang sama. Belakangan, pekerjaan saya makin padat, hingga perlu mengambil alih kembali laptop saya.

Belajar jarak jauh zoom menggunakan laptop VivoBook
Raniah dan Asa belajar jarak jauh menggunakan laptop ASUS VivoBook. Sumber foto pribadi.

Melihat kebutuhan anak-anak terhadap laptop yang cukup besar. Keduanya harus sering melakukan riset untuk bahan pengerjaan karya/temanya. Selain itu juga terkadang mereka mengikuti webinar. Raniah juga mulai merasa perlu mempelajari software lain yang bisa mendukung aktivitasnya membuat ilustrasi. Selama ini memang dia masih menggunakan Ibis Paint dengan smartphone Asus Maxpro M1 lungsuran dari saya.

Dalam kehidupan belajarnya, anak-anak kami terhitung cukup sering menggunakan laptop. Selain karena memang disebabkan pilihan minat seperti Raniah yang meminati ilustrasi, juga kondisi pandemi yang bikin anak-anak harus berkomunikasi secara daring. Secara garis besar, Asa dan Raniah membutuhkan laptop untuk:

  1. Menulis modul atau laporan pelaksanaan tema yang dipilih
  2. Menulis jurnal harian
  3. Menggunakan aplikasi yang dapat menghitung untuk membuat laporan keuangan bulanan
  4. Melakukan zoom meeting untuk berdiskusi kelas dengan teman dan fasilitator
  5. Melakukan post di sosial media, karena mereka didorong untuk belajar menggunakan sosmed untuk kegiatan positif.
  6. Menggunakan software animasi 2D sederhana, karena jangka panjangnya cita-cita Raniah adalah menjadi animator
  7. Mencari, menemukan dan menyimpan informasi baik berupa ilustrasi, foto dan video.
Alasan menggunakan laptop Asus VivoBook

Jenis Laptop Yang Dibutuhkan

Pertanyaannya jenis laptop seperti apa yang dibutuhkan oleh anak dan remaja, seperti Asa dan Raniah dalam proses pembelajarannya dan proses berkarya.

Pertama, laptop dengan harga yang terjangkau yang bisa memenuhi kebutuhan pembelajaran seperti ilustrasi bagian atas. Pengertian harga terjangkau, tentunya subyektif sehingga emberikan pertimbangan bahwa laptop tersebut memiliki banyak pilihan harga.

Kedua, karena kebutuhannya tidak untuk penggunaan profesional, maka laptop bukanlah ditujukan pada pengguna high end. Laptop ini tetapnya laptop mainstream yang banyak yang sesuai dengan pengguna kebanyakan.

Dengan dua pertimbangan di atas, maka saya melirik ASUS VivoBook 14(A416) sebagai pilihan yang tepat. Alasan lengkapnya saya uraikan di bawah ini.

Dua Pertimbangan Utama Menjadikan ASUS VivoBook 14 (A416) sebagai Pilihan

Ada dua pertimbangan utama menjadikan laptop ASUS VivoBook 14 (A416) sebagai pilihan untuk menemani anak-anak dalam belajar di rumah untuk semua kalangan.

Pertama, laptop ini memiliki rentang harga bervariasi mulai dari 4.7 juta rupiah hingga 10.8 juta rupiah. Ada 7 pilihan laptop ASUS VivoBook 14 (A416) yang bisa menjadi rujukan yang disesuaian dengan anggaran dan kebutuhan kita.

Kedua, laptop ini disebut sebagai laptop serba bisa yang memenuhi ekspektasi kebutuhan dasar sebagai tools belajar. Ke-serba bisa-an ASUS VivoBook 14 (A416) ditentukan oleh berbagai fitur dan spesifikasi teknisnya.

Saya uraikan kedua kelebihan dari ASUS VivoBook 14 (A416) di bawah ini. yah 😀

Laptop ASUS VivoBook 14 A416
Laptop ASUS VivoBook A416 adalah laptop mainstream yang bisa digunakan untuk semua kalangan. Sumber foto dari ASUS.

Baca juga ulasan laptop ASUS lainnya:

Asus ExpertBook B9450 FA

Asus VivoBook S14 S433

Laptop Semua Kalangan dengan Banyaknya Pilihan Harga

Ada 7 pilihan laptop ASUS VivoBook 14 (A416) yang memiliki kapasitas memori 4GB (yang bisa diupgrade hingga 16 GB) ini dijual dengan harga mulai 4.7 juta rupiah hingga 10.8 juta rupiah. Perbedaan harga ditentukan oleh jenis prosesor, kartu grafis dan kapasitas media penyimpanannya.

HargaProsesorKartu GrafisKapasitas Media Penyimpan Data
Rp4.799.000Celeron N4020Intel UHD Graphics1TB HDD
Rp4.899.000Celeron N4020Intel UHD Graphics256GB PCIe SSD
Rp6.699.000Core i3-1005G1Intel UHD Graphics1TB HDD
Rp7.099.000Core i3-1005G1Intel UHD Graphics512GB PCIe SSD
Rp7.499.000Core i3-1005G1GeForce MX330256GB PCIe SSD
Rp10.099.000Core i5-1035G1GeForce MX330512GB PCIe SSD
Rp10.799.000Core i5-1035G1GeForce MX3301TB HDD + 256GB PCIe SSD
Sumber data dari Press Release ASUS

Harga terendah memiliki prosesor Intel® Celeron N4020 Processor 1.1GHz (4M Cache, up to 2.8GHz) dan tertinggi prosesor intel generasi 10 yakni Intel® Core™ i5-1035G1 Processor 1.0 GHz (6M Cache, up to 3.6 GHz. Perbedaan jeroan utama dari laptop ini akan menentukan kemampuannya dalam multitasking, pengolahan grafis dan video serta kecepatan proses dari berbagai software yang dijalankan.

Dengan banyaknya pilihan harga tersebut, pantaslah jika ASUS VivoBook 14 (A416) disebut sebagai laptop semua kalangan. Namun, perlu diingat, perbedaan jeroan utama dari laptop ini tidak membedakan berbagai fitur (seperti konektivitas) dan dimensi (ukuran dan berat) laptop all around ini.

Dengan harga yang terhitung sangat terjangkau 4.7 juta kita tetap akan memiliki laptop dengan penampilan dan performa yang layak digunakan oleh anak-anak kita untuk belajar dan berkarya.

Prosesor Intel Generasi 10

Prosesor Intel Generasi 10 yang disematkan pada ASUS VivoBook 14 (A416) menjadikan laptop semua kalangan ini memiliki otak yang setara dengan laptop kelas premium. Varian tertingginya memiliki prosesor Intel Core i5-1035G1 berkonfigurasi 4 core dan 8 thread yang bisa diboost clock hingga 3,6GHz. Dengan putaran mesin prosesor sebesar ini 3.6 milyar perdetik maka bisa dipastikan ASUS VivoBook 14 (A416) bisa diandalkan untuk melakukan kerja multimedia, berselanjar di internet sembari multitasking.

Performa IntelCore generasi 10
Perbandingan prosesor Intel Core dari tiap generasi dan peningkatan performa dari generasi 10. Sumber foto dari Intel.

Kartu grafis yang menggunakan NVIDIA GeForce MX330 (untuk varian menengah dan tertinggi dari ASUS VivoBook 14 (A416)) akan menjadikan kerja yang memerlukan pengolahan grafis ekstra seperti game kasual (untuk Raniah sih animasi 2D), video editing dan yang lebih ringan photo editing bisa dilakukan dengan mudah. Baca juga: ASUS TUF Gaming A15 berprosesor AMD Ryzen 4000 series .

Penampakan prosesor intelcore 5 dan kartu grafis NVIDIA geForce MX330
Kedua hardware di atas menjadi dapur pacu dan pengolahan grafis yang menjadikan ASUS VivoBook 14 (A416) memiliki harga terjangkau dengan performa sesuai ekspektasi pengguna.

Dual Storage 2.5” SATA HDD – PCIe® SSD dan Perlindungannya

Nah, yang perlu dibahas juga adalah media penyimpanannya. Sekarang kita oprek soal penyimpanan alias storage ya. Storage dalam istilah perkomputeran adalah sistem penyimpanan, baik data sementara maupun permanen. Dalam hal storage, dunia terlabih dahulu mengenal HDD (Hard Disk Drive)dibandingkan SSD (Solid State Drive) yang merupakan teknologi penyimpanan lebih baru.

HDD mengandung komponen menyerupai piringan, yang berputar ketika membaca, mengubah, menyimpan atau melakukan segala yang berhubungan dengan penyimpanan. Makin tinggi kecepatan putarannya, maka makin kencang perangkat.

Sedangkan SSD menyimpan data dalam chip dalam bentuk muatan listrik. Jenis penyimpanan ini tidak perlu bergerak atau berputar ketika digunakan. Ini membuatnya lebih hemat energi. Penggunaan SSD membutuhkan listrik hanya sekitar 10 persen dari perangkat HDD. Implikasinya adalah, terhadap daya tahan baterai. Mekanisme yang tidak membutuhkan gerak/putaran juga membuat SSD lebih resisten/tahan terhadap kerusakan fisik/mekanis.

Secara sederhana bisa dikatakan SSD “mengingat”lokasi data setiap kali disimpan, sedangkan HDD harus berputar dulu untuk mencari. Ini berpengaruh terhadap kecepatan dan performa perangkat. Dengan SSD perangkat biasanya bisa booting hanya dalam beberapa detik sedangkan HDD jauh lebih lama. Untuk kecepatan transfer file pun demikian. Perangkat dengan SSD dapat mentransfer file dengan waktu setengah dari HDD). Kemampuan multitask pun lebih baik pada storage berupa SSD. Kelebihan lainnya, SSD berbobot lebih ringan. Sehingga perangkat yang menggunakan SSD akan lebih mudah dibawa-bawa.

Ilustrasi tentang perbedaan HDD dengan SSD bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Perbedaan HDD dengan SSD

Kita lihat pada tabel di atas, untuk varian terendah media penyimpanan sebesar 1TB atau 1,000 GB dengan media penyimpan Hard Disk Drive (HDD). Kapasitas yang besar ini tentu sangat-sangat lega untuk digunakan bagi anak-anak baik untuk belajar ataupun untuk berbisnis. Pada varian menengah hingga tertinggi menggunakan media penyimpan PCIe  Solid State Drive (SSD). Bahkan varian tertinggi ada dual storage HDD dan SSD.

Uniknya media penyimpan menggunakan HDD ini diberikan proteksi bernama E-A-R HDD Protectionyang bisa menyerap getaran sehingga storage ini mendapatkan jaminan keamanan ketika digunakan atau dimana kemana-mana. Mengapa perlidungan pada media penyimpan HDD ini sangat penting? Jelaslah, getaran pada laptop akibat menaruhnya dengan cara serampangan atau benturan saat dijalan akan merusak storage ini dan data berharga yang tersimpan akan hilang.

EAR HDD protecion pada ASUS VivoBook 14 (A416)
Digunakannya teknologi EAR HDD protection menjadikan media penyimpan data HDD pada VIvoBook 14 (A416) aman dari goncangan dan benturan. Sumber gambar: ASUS

Keunggulan Fitur dan Spesifikasi ASUS VivoBook 14 (A416)

Penggunaan Teknologi Nano Edge Display

Perkembangan teknologi laptop menjadikan laptop sekarang ini makin tipis, ringan dengan ukuran layar yang lebih lega dikarenakan bingkai layar bisa diperkecil. Demikian halnya dengan laptop ASUS VivoBook 14 (A416) meskipun dengan harga 4.7 juta sekalipun. Inilah teknologi nano edge display pada monitor.

Konsekuensi dari teknologi ini adalah bezel atau bingkai layar akan sangat tipis (ultra narrow) sehingga layar ASUS VivoBook 14 (A416) jadi lega atau screen to body rationya mencapai 82%. Selain itu, chassis laptop juga makin langsing. Laptop jadi lebih ringan dan tipis sehingga nyaman dibawa kemana-mana.Untuk jelasnya bisa dilihat ilustrasi di bawah.

Layar full HD VivoBook 14(A416) yang lega dengan penggunaan teknologi nano edge display yang menjadikan bingkai layar (bezel) menjadi tipis. Sumber foto dari ASUS.

Teknologi nano edge display ini juga memiliki lapisan antiglare/antisilau yang mengurangi pantulan cahaya ke pengguna laptop. Laptop ASUS VivoBook 14 (A416) lebih nyaman digunakan. Apalagi layar 14 incinya sudah full HD dengan sudut pandang hingga 178 derajat.

ASUS VivoBook 14 (A416) didesain untuk mobilitas tinggi sehingga memiliki bobot hanya 1.6 kg dengan ketebalan 19.9 mm dengan ukuran layar 14inci. Meskipun memiliki jeroan berbeda sesuai dengan harga jualnya, secara umum ASUS VivoBook 14 (A416) menjadi laptop yang nyaman digunakan, ringkas, tipis, ringan dan mudah dibawa kemana-mana dalam tas yang berukuran kecil. Dan yang terpenting memiliki kesan mewah sehingga anak-anak bisa bangga menentengnya. Laptop ini memiliki konstruksi yang tangguh dikarenakan rangka layar, dan chasis utama terbuat dari bahan logam.

Teknologi untuk memperkuat monitor VivoBook 14 (A416)
Teknologi yang memperkuat konstruksi sekaligus memberikan perlindungan pada monitor ASUS VivoBook 14 (A416). Sumber gambar: ASUS

Praktis, Ergonomis, dan Siap untuk Berbagai Kegiatan

Keyboard VivoBook 14 (A416) ini adalah full-size backlit keyboard yang memiliki lampu, fungsinya selain agar dapat lebih mudah bekerja dalam kondisi cahaya yang kurang, juga memberikan efek estetis. Lebih keren dan gaya ketika bekerja dengan laptop yang memiliki backlit keyboard. Anak-anak tidak akan kesulitan menemukan karakter pada keyboard saat bekerja di tempat remang-remang atau gelap (akibat mati listrik).

Keunggulan keyboard ASUS VivoBook 14 (A416)
Keunggulan keyboard ASUS VivoBook 14 (A416) . Sumber foto dari ASUS.

Penyematan kata full size bisa dimaknai bahwa keyboard ini memiliki ukuran penuh, dengan  numberpad dan tombol menu tambahan di sebelah kanan. Keyboard VivoBook 14 (A416) juga didesain secara ergonomis dan lebih kokoh karena ada penahan logam di bawah keyboard.

ASUS Numberpad pada VivoBook 14
Numberpad memberikan kesan elegan dan futuristik pada VivoBook 14 (A416). Sumber foto: ASUS

Kalau keyboard kokoh, jadi lebih ayem ketika dipakai oleh anak-anak abg saya yang terkadang kurang sabaran ini. Laptop untuk semua kalangan ini juga, keyboardnya memiliki key travel sejauh 1,4 mm yang sangat ideal untuk mengetik. Key travel adalah ukuran seberapa dalam tuts keyboard harus ditekan. Angka 1,4 mm menunjukkan, keyboard ini enteng digunakan untuk mengetik. Tak perlu ngotot saat menekan tombolnya. 😀

Penahan logam pada keyboard ASUS VivoBook 14 (A416)
Penahan logam di bawah keyboard ASUS VivoBook 14 (A416) membuat keyboardnya stabil saat digunakan. Sumber gambar : ASUS

Fitur Keamanan

ASUS memberi perhatian pada aspek keamanan laptop all around ini. Anak-anak bahkan remaja seringkali ceroboh dalam masalah keamanan. Bahkan orang dewasa-pun juga tidak berbeda. Faktor keamanan dalam laptop yang menyimpan banyak data menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan, meskipun dengan harga yang terhitung terjangkau.

ASUS VivoBook 14 (A416) dilengkapi dengan fitur keamanan biometrik fingerprint sensor. Melalui fitur ini pengguna bisa masuk ke sistem Windows 10 Home melalui Windows Hello tidak perlu mengetikkan password karena menggunakan pemindai jari.

Finger print sensor pada VivoBook 14 (A416)
Fitur keamanan finger print sensor. Sumber gambar dari ASUS.

Kamera

Belajar dan berkarya di rumah tidak bisa dilepaskan dari belajar daring termasuk melakukan diskusi melalui berbagai aplikasi webinar seperti Zoom. ASUS VivoBook 14 (A416) dibekali dengan satu kamera sehingga menjadi perangkat yang memenuhi syarat untuk melakukan pembelajaran via internet.

Kamera-dan-layar-antiglare
Kamera di bagian tengah atas monitor dan kualitas layar antiglare serta full HD menjadikan VivoBook 14 (A416) menjadi laptop yang nyaman digunakan untuk webinar. Sumber gambar ASUS.

Windows 10 Home dan Microsoft Office Pre-Installed

Laptop ASUS VivoBook 14 (A416) menggunakan sistem operasi Windows 10 Home dan dilengkapi dengan Microsoft Office Pre-Installed & Student 2019, yang merupakan aplikasi office (yang dinilai) terbaik di dunia. Aplikasi ini disediakan secara gratis tanpa ada biasa tambahan. Ada 3 aplikasi utama yang dibutuhkan dalam proses belajar bahkan menjalankan bisnis di rumah yaitu Word, Excel, dan PowerPoint.

Konektivitas

Sebagai laptop mobile, berukuran tipis, ringkas dan ringan, dan dibutuhkan dalam proses pembelajaran daring, laptop VivoBook 14 (A416) dilengkapi dengan berbagai macam konektivitas yang dibutuhkan untuk kepentingan sehari-hari. Selain Bluetooth 4.1 dan WiFi 5 (802.11ac) yang dibutuhkan untuk jaringan nirkabel, juga tersedia port USB Type-A, port USB Type-C, combo audio jack dan HDMI.

Kelengkapan konektivitas pada VivoBook 14 (A416)
Kelengkapan konektivitas pada VivoBook 14 (A416). Sumber foto dari ASUS.

MyASUS Memudahkan Mengontrol Laptop

Perangkat bawaan ASUS di laptop VivoBook 14 (A416) akan sangat membantu pengguna pemula, termasuk anak-anak dan remaja di dalam mengontrol sistem di dalam laptop ini. MyASUS memberikan bantuan ke pengguna di dalam memindai, menemukan masalah dan secara otomatis memperbaiki kerusakan pada sistem laptop.

Hal penting dari software bawaan ini adalah Link to MyASUS yang memungkinkan pengguna menghubungkan laptop dengan smartphone. Melalui fitur ini maka transfer data, panggilan dan notifikasi smartphone bisa ditampilkan pada layar laptop. Fitur ini menjadikan layar laptop sebagai layar smartphone juga sehingga kegiatan kerja di laptop bisa dilakukan bersamaan dengan mengontrol interaksi di smartphone.

My ASUS juga bisa menampilkan status garansi perangkat sekaligus fitur untuk menghungi pusat layanan konsumen ASUS.

Jalan Pendidikan dengan Pilihan yang Tepat

Pengujung kata ini adalah awal dari jalan pendidikan tanpa ujung bagi embun dan matahari, Raniah dan Asa. Perjalanan tanpa berkesudahan juga bagi anak-anak yang lain, termasuk yang memiliki pilihan belajar dan sekolah yang berbeda dengan teman sebaya pada umumnya, baik sekolah komunitas, homeschooling ataupun unschooling. Pendidikan, dimana saya sebagai orang tua, seorang ibu, bukan hanya bertanggung jawab tetapi juga terlibat di dalamnya.

Jalan pendidikan tersebut mendapatkan kemudahannya dengan ekosistem yang tepat seperti lingkungan, termasuk pilihan gawai seperti laptop ASUS VivoBook 14 (A416) ini.

Catatan:

Tulisan ini disertakan dalam blog competition “ASUS VivoBook 14 A416 – Easy Portability, Effortless Productivity”.  

ASUS VivoBook 14 (A416) berprosesor intelcore 5
VivoBook 14 (A416) berprosesor intel generasi 10 laptop untuk semua kalangan berpenampilan elegan dengan banyak pilihan harga.

Spesifikasi Lengkap ASUS VivoBook 14 (A416)

Main Spec.VivoBook 14 (A416)
CPUIntel® Core™ i5-1035G1 Processor 1.0 GHz (6M Cache, up to 3.6 GHz) Intel® Core™ i3-1005G1 Processor 1.2 GHz (4M Cache, up to 3.4 GHz) Intel® Celeron N4020 Processor 1.1GHz (4M Cache, up to 2.8GHz)
Operating SystemWindows 10
Memory4GB DDR4 RAM
Storage1TB 5400 rpm SATA HDD 256GB PCIe® Gen3 x2 SSD 512GB PCIe® Gen3 x2 SSD 1TB HDD + 256GB SSD
Display14.0″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) IPS Anti-Glare 14.0″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) Anti-Glare 14.0″ (16:9) LED backlit HD (1366×768) Anti-Glare
GraphicsNVIDIA GeForce MX350 (optional) Intel UHD Graphics
Input/Output1x HDMI 1.4, 1x 3.5mm Combo Audio Jack, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-C, 2x USB 2.0 Type-A, Micro SD card reader
CameraVGA Web Camera
ConnectivityWi-Fi 5 (802.11ac), Bluetooth 4.1
AudioSonicMaster, Audio by ICEpower®, Built-in speaker, Built-in microphone
Battery37WHrs, 2S1P, 2-cell Li-ion
Dimension32.54 x 21.60 x 1.99 ~ 1.99 cm
Weight1,6 Kg
ColorsTransparent Silver, Slate Grey
PriceRp4.799.000 (Celeron N4020 / Intel UHD Graphics / 4GB / 1TB HDD) Rp4.899.000 (Celeron N4020 / Intel UHD Graphics / 256GB PCIe SSD) Rp6.699.000 (Core i3 / Intel UHD Graphics / 4GB / 1TB HDD) Rp7.099.000 (Core i3 / Intel UHD Graphics / 4GB / 512GB PCIe SSD) Rp7.499.000 (Core i3 / GeForce MX330 / 4GB / 256GB PCIe SSD) Rp10.099.000 (Core i5 / GeForce MX330 / 4GB / 512GB PCIe SSD) Rp10.799.000 (Core i5 / GeForce MX330 / 4GB / 1TB HDD + 256GB PCIe SSD)
Warranty2 tahun garansi global
Share

7 thoughts on “Merdeka Belajar Bersama ASUS VivoBook 14 (A416): Jalan Pendidikan Ala Embun dan Matahari

  1. Kalo dilihat dari harga dan spesifikasinya, laptop ini dibutuhkan oleh masyarakat luas, terutama yang mencari harga murah dengan kapasitas hard disk yang besar.

  2. Kalo dulu laptop adalah pilihan, tapi sekarang sejak pandemi jadi perlengkapan wajib ya buat belajar. Anak2ku juga udah mulai belajar pakai laptop nih. Makasih reviewnya mba, kebetulan juga aku lagi cari2 info soal Unschooling nih 🙂
    Aku jadi pengen beli juga nih si Vivobook 14 A416 ini, kayaknya emang bisa buat anak2 sekolah PJJ ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!