“The world is changing very fast. Big will not beat small anymore. It will be the fast beating the slow” (Rupert Murdoch, entrepreneur)
Pandemi Covid19 mengungkapkan banyak fakta menyangkut bisnis yang berkembang di era digital, yakni era industri 4.0 bahkan sebagian telah memasuki industri 5.0. Ketika orang tidak intens lagi melakukan kontak fisik dalam menjalankan bisnis dan beralih ke kontak virtual, model bisnis (dari produksi, pembelian bahkan pengiriman) yang mengandalkan kehadiran fisik, ternyata mulai berguguran. Kejadian tragis ini menimpa banyak perusahaan besar yang saya kira (awalnya) memiliki fondasi bisnis yang kuat. Ternyata mereka rapuh. Covid19 menjadikan banyak perusahaan besar, bermodal besar, bak buih di pantai.
Fakta lain yang sangat mencengangkan dalam era industri 4.0 ini adalah semakin berperannya individu kreatif dalam mendayagunakan potensi digital terutama media sosial di dalam pemasarannya. Industri besar yang mengandalkan jaringan pemasaran melalui toko offline dan media sosial besutan korporasi ternyata banyak yang kurang lincah, terseok-seok dalam pemasaran produknya.
Imbasnya adalah produk yang tersimpan di gudang tidak mengalir ke konsumen. Diskon besar-besaran dilakukan untuk mengosongkan gudang. Toko tutup, sebagian hancur. Fakta miris akibat badai teknologi dan hempasan covid19 ini menimpa juga di industri perbukuan.
Pada era pandemi, kemerosotan penjualan buku ditunjukkan dari data sebagai berikut :
Sebanyak 58,2% penerbit mengalami penurunan penjualan melebihi 50% dari biasanya, 29,6% penerbit mengalami penurunan penjualan antara 31%- 50%, sebanyak 8,2% penerbit mengalami penurunan antara 10% sampai 30% dan penerbit dengan kondisi penjualan relatif sama dengan hari-hari biasa sebanyak 4,1% penerbit.
Sumber: https://www.ikapi.org/riset/
Penjualan penerbit buku tersebut berbeda pada masa sebelum pandemi dan terutama sebelum bisnis era digital era industri 4.0 menyentuh bumi Indonesia. Kita bisa lihat pada grafik di bawah ini pada kondisi yang ‘fine-fine’ saja. Pasar buku dalam kondisi ‘normal’ menunjukkan potensi besarnya bisnis di dunia perbukuan.
Pada momentum seperti sekarang ini, saya melihat dan merasakan sendiri bagian lain dari dunia perbukuan yaitu ternyata industri perbukuan tetap menggeliat (dimana penjualan buku saya bersama komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) justru meningkat) dengan cara menapak fakta yang dihadirkan di era digital, yaitu:
- Sebuah buku bisa dihadirkan ke pembaca secara cepat mulai dari naskah hingga penerbitan sehingga isi buku aktual.
- Model pemasaran buku yang lebih fleksibel dan cepat yang dilakukan oleh banyak pihak, terutama oleh penulisnya sendiri. Karenanya model pemasaran ini yang menggunakan jalur digital seperti sosial media (facebook, instagram, WA) haruslah kreatif.
- Branding penulis menentukan nilai jual (harga buku) dan hasil jual (jumlah buku). Pada bagian ini keaktifan penulis ataupun komunitas yang yang mem-blow up buku menjadi sangat penting.
Dari pengalaman selama 6 tahun menulis buku, baik buku solo dan antologi, pengalaman merancang buku dan memberikan pelatihan mengenai penulisan buku, keyakinan saya semakin kuat dengan berpijak pada pengalaman dan fakta lapangan bahwa penerbitan buku secara mandiri atau self publish ternyata sangatlah prospektif. Masa pandemi covid19 ini hanyalah mempercepat dan mempertegas perubahan model bisnis dunia perbukuan.
Memasuki tahun 2021, saya optimis untuk membuat My 2021 Resolution dengan menjadikan buku-buku yang saya buat dan saya rancang bisa menjaring potensi bisnis dunia perbukuan lebih luas.
Bagaimana cara mewujudkannya? Bagian di bawah ini akan menjelaskannya secara detail.
Daftar Isi
Peluang Penerbitan Buku Self Publish
Sebelum mengulik lebih lanjut penerbitan melalui jalur self publish, saya rasa penting untuk menyamakan persepsi tentang definisi beberapa jenis penerbit yakni mayor, indie dan self publish. Karena berdasar pengalaman dan mengamati di banyak web penerbit, definisi ini pun masih ditemukan banyak perbedaan. Nah, maka ditulisan ini, supaya mudah memahaminya, kita sepakati dulu ya definisinya.
Penerbitan Mayor
Proses terbit biasanya lama karena ada antrean naskah yang cukup panjang, selain itu juga ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan menerbitkan atau tidak, suatu naskah buku. Naskah yang masuk baru diterbitkan bisa dalam hitungan tahun ke depan.
Biaya penerbitan ditanggung oleh penerbit. Penulis cukup menyediakan naskah buku saja, tidak harus mengeluarkan biaya layout, International Standard Book Number (ISBN), hingga cetaknya. Jumlah per sekali cetak biasanya banyak. Buku-buku mayor saya dicetak minimal 2,500 eksemplar, sekali cetak. Penerbit juga biasanya memberikan diskon pembelian khusus penulis.
Jaringan pemasaran, biasanya mereka memiliki jaringan toko buku besar misalnya toko buku yang bisa kita temui di hampir semua kota besar Indonesia yang berinisial G.
Keuntungan finansial penulis berupa royalti. Besarnya sekitar 10 persen namun bisa saja lebih. Besar royalti tersebut belum dikurangi PPh psl 23 sebesar 15%. Royalty dibayarkan setiap 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan atau setiap tahun. Tergantung perjanjiannya.
Sebagai gambaran, misalkan buku saya dijual dengan harga 75 ribu per-eksemplar. Royalti dibayarkan setiap 6 bulan. Dalam 6 bulan terjual 200 buku. Jadi pemasukan nett untuk saya sebesar (100% – 15%) (dikurangi Pajak) x 10% (Besar royalty) x 200 (buku terjual) x 75,000 (harga buku) = Rp.1,275,000.
Penerbitan Indie
Pada penerbit indie biasanya waktu menanti naskah terbit tidak selama di penerbit mayor, seleksi naskah pun umumnya tak seketat pada penerbit mayor. Untuk pembiayaan, ada penerbit indie yang menggratiskan alias menanggung biayanya, namun ada pula yang membuka paket-paket yang harus dibiayai penulis.
Marketing buku biasanya dilakukan oleh penerbit dan penulis. Namun ada pula penerbit indie yang telah bekerjasama dengan jaringan toko buku besar. Keuntungan bagi penulisnya berupa royalti dan biasanya setahu saya lebih besar dari persentase royalti di penerbit mayor. Royalti untuk penerbitan Indie lebih dari 15% dari harga jual buku. Royalti yang lebih besar dari penerbit mayor ini bisa dilakukan karena banyak proses dan pemasaran buku yang bisa dipangkas.
Misalkan dengan royalti 1.5 kali penerbit mayor, maka buku dengan harga Rp.75,000 dan terjual 200 eksemplar, penulis bisa mendapatkan Rp. 1,912,500,-
Penerbitan Self Publish
Self publish memberikan banyak keleluasaan dalam penerbitan. Mulai dari konsep kreatif bukunya, seperti apa tampilan atau desain cover juga lay outnya, penulis leluasa menentukan. Termasuk juga harga jualnya. Konsekuensinya, biaya penerbitan dan pengurusan segala hal mulai naskah, pra-cetak, cetak hingga pemasaran, menjadi tanggung jawab penulis.
Sebagai contoh dari yang saya lakukan beserta komunitas IIDN, untuk pembuatan buku antologi PULIH dengan modal cetak 50 ribu, harga jual Rp.95 ribu. Dengan penjualan sebanyak 200 eksemplar, maka pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 9,000,000,-. Padahal buku PULIH ini terjual lebih dari 400 eksemplar. Dan bisa dipush lagi penjualannya melalui kreativitas marketing digital.
Sebagai catatan bahwa penulis memiliki kebebasan menentukan harga jual dari sebuah buku, apakah 50 ribu, 100 ribu bahkan di atas 250 ribu, dengan jumlah halaman yang sama. Karena harga jual buku tidak ditentukan oleh berapa banyak halaman, tetapi value/nilai/kandungan intelektual dari buku tersebut.
Keunggulan Penerbitan Buku Self Publish
Dari sisi waktu, penulis buku yang memilih menerbitkan secara self publish tak perlu waktu tunggu diterbitkan begitu naskah selesai ditulis. Bandingkan jika harus melalui penerbit mayor maka akan menunggu proses seleksi naskah yang bisa membutuhkan waktu lebih dari setahun. Saya beserta komunitas IIDN beberapa kali menerbitkan buku secara self publish melalui tahapan schedul kerja komunitas sehingga bisa dirancang kapan naskah selesai, kapan terbit dan kapan memulai pemasaran.
Keleluasaan yang luas bagi penulis untuk menuangkan idenya, mulai dari konsep buku, tata letak, struktur tulisan hingga desain cover termasuk ilustrasi. Bagi saya, keleluasaan ini sangat menyenangkan. Justru dalam proses pembuatan buku, saya bisa belajar banyak aspek perbukuan seperti mengoptimalkan desain cover dan cara pemasarannya secara efektif.
Kemudahan dalam menerbitkan buku secara self publish ini sebenarnya perlu juga diwaspadai yakni jangan sampai buku yang diterbitkan menjadi asal-asalan. Asal terbit dan kurang bermutu sehingga kurang layak untuk dibaca. Buku yang tidak berkualitas bukan hanya sulit untuk dipasarkan namun merugikan si penulis. Alih-alih ingin menaikkan reputasi, buku yang kurang berkualitas justru menurunkan reputasi penulisnya.
Nilai Buku, Bukan Sekadar dari Harga Jual Per-Eksemplar
Saya memahami bahwa jika memandang nilai dari buku sebatas harga buku per-eksemplar maka akan menutup potensi bisnis turunan dari buku tersebut. Menerbitkan buku adalah langkah awal mengembangkan bisnis yang lain. Karena di balik terbitnya sebuah buku terdapat produk intelektual yaitu keahlian. Buku bisa menjadi cara branding bagi kita, menaikkan reputasi lebih ampuh dibandingkan dengan produk tulisan lain seperti blog. Dengan catatan (sekali lagi) bahwa buku yang kita tulis berkualitas.
Dengan memiliki produk intelektual yang berkualitas, maka saya memiliki NILAI LEBIH ketika akan berkolaborasi dengan pihak lain, memberikan konsultasi, termasuk juga pelatihan serta meng-endorse produk sesuai dengan branding yang saya bangun. NILAI LEBIH ini berharga jauh lebih besar dari harga per-eksemplar buku yang berhasil saya jual.
Lantas, bagaimana membuat sebuah buku, produk intelektual tersebut, menjadi diterima oleh masyarakat?
Bukan Sekadar Berkualitas Isinya, Namun Juga Menarik Bahkan Memikat
Konsep sebuah buku harus matang, bukan sekadar BISA menulis. Setidaknya, itulah yang berani saya simpulkan setelah mengerjakan beberapa buku solo bersama penerbit mayor, menghandle beberapa buku pesanan lembaga/kementerian, termasuk setelah pengalaman berada di balik beberapa buku antologi yang diterbitkan secara self publish.
Menulis Buku, Dimulai dari Mana?
Planning dimulai dengan sebuah pertanyaan singkat namun dalam. Untuk apa saya menulis buku? Sepintas klasik, namun dari sinilah saya biasa mengawali buku-buku saya pribadi, maupun buku yang saya bidani. Barulah diikuti pertanyaan lain yang bersifat detail seperti:
- Siapa yang akan membaca buku saya?
- Apa kelebihan buku saya?
- Benefit apa yang didapat pembaca?
- Dan masih banyak lagi
Perjalanan membuat buku masih panjang. Disambung dengan proses riset yang baik, scheduling lalu drafting. Draft selesai, apakah sudah selesai urusan penulis buku? Oh, belum. Masih panjang perjuangannya, lebih-lebih ketika berani memutuskan menerbitkan lewat jalur self publish.
Luasnya aspek penting sebuah buku membuat saya berpikir untuk membuka pula pelatihan yang memfasilitasi penulis pemula. Khususnya pada jalur non-fiksi, ya. Ini salah satu kelas yang saya buka di komunitas. Kurikulumnya cukup padat, karena menurut saya memang amat banyak hal yang penting diketahui sebelum seseorang menerbitkan buku.
Mengapa Cover Buku Sangat Penting?
Cover buku adalah etalase dari produk yang saya jual. Bagaimana orang menjadi tertarik saat melihat buku kita, apalagi bersanding dengan ratusan buku lain di rak. Ilustrasi sederhana bisa dilihat di foto di bawah ini yakni hamparan ratusan buku yang digelar komunitas penulis di Bondowoso.
Seandainya saya menjadi salah satu penulis dari ratusan buku tersebut, pertanyaannya,” Bagaimana caranya membuat buku saya menjadi menarik bagi pengunjung, dan mereka mau membelinya?”
Sebuah artikel pada jurnal ilmiah Interscript Journal 2 (2019) yang ditulis oleh Sophie Darling berjudul “How Are Book Covers and Their Components Represented in The Digital Market?” menegaskan pentingnya cover pada sebuah buku termasuk pengaruhnya untuk memberikan dampak penjualan buku tersebut.
Bukan hanya cover, namun juga keberadaan ilustrasi berupa gambar, foto dan diagram berkontribusi positif pada penjualan buku. Tidak berbeda dengan konten pada blog. Bukankah blog yang menarik memiliki layout yang bagus, gambar, video, foto dan ilustrasi pendukung?
Lebih jelasnya bisa dilihat dari penelitian Nielsen yang membandingkan penjualan buku menurut kualitas buku tersebut.
Contohnya adalah perubahan cover buku yang dijual di Amazon maupun di platform lain di bawah ini.
Dilakukan uji coba dengan mendesain ulang cover 4 buku. Buku bercover baru diiklankan dengan perbandingan buku cover lama. Semua data buku sama, target iklan juga sama dengan semua parameter sama pula, kecuali fotonya.
Keempat buku dengan cover baru yang dijual melalui Amazon mendapat view lebih banyak 6-122 persen dibandingkan cover sebelumnya.
Cara Menjadikan Cover Buku Menarik dan Memikat
Untuk memperkuat pemahaman pentingnya cover buku, saya melakukan riset melalui Facebook Group Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis. Saya mengambil beberapa cover buku dari insights.bookbub.com dan creativindie.com yakni versi cover asli dan versi baru ketika cover telah dire-design. Saya menanyakan kepada member jika disodorkan 2 versi cover tersebut, buku dengan cover mana yang akan dibeli.
Dari hasil riset kecil tersebut, ditambah dengan riset yang dilakukan pihak lain, saya menyimpulkan bahwa cover buku yang baik (yang turut menaikkan penjual buku tersebut) haruslah memenuhi syarat-syarat di bawah ini.
Gunakan Warna dan Tipografi yang Tepat
Ternyata, buku yang menjadi best seller dan populer sangat-sangat memperhitungkan kedua komponen cover ini yaitu tipografi dan warna. Pemilihan warna, jenis huruf, ukuran tulisan, peletakan judul dan semua elemen cover dilakukan secara cermat dan matang dengan tujuan: cover buku harus dapat berbicara!
Perhatikan Detail
Desain dengan detail yang rapi, menyiratkan prefesionalitas sekaligus berpeluang meningkatkan keterlihatan sampul buku.
Tampilan Tumbnail yang Menonjol
Tumbnail dengan tingkat keterlihatan tinggi akan menonjol pada katalog online dan dijual melalui platform digital..
Sesuaikan dengan Target Pembaca
Cover buku haruslah sesuai dengan target pembaca. Buku untuk anak-anak akan menarik dengan cover yang banyak gambarnya.
Memberi Ketegasan pada Genre Buku
Sampul buku perlu mengomunikasikan genre yang benar. Gambar, warna dan nuansa perlu diperhitungkan untuk membuat pembaca lebih mudah menebak genre hanya dari tampilan cover.
Contohnya Buku berjudul The Miles ini. Cover aslinya berwarna pastel dengan tulisan memanjang dan tipis. Perlu banyak waktu untuk memahami, sebenarnya genre apa yang ada di baliknya.
Sampul baru kemudian dibuat untuk buku ini. Yakni menggunakan palet warna oranye dan biru yang cerah dan saling melengkapi. Gaya desain retro juga menggunakan kontras tinggi yang mengingatkan pada vintage noir. Demikian pula, font judul masih memiliki nuansa serif klasik, tetapi lebih tebal dan lebih berani. Elemen-elemen ini menciptakan ketegangan dalam desain, dan dengan sangat jelas memberi tahu kita bahwa ini adalah film thriller kriminal.
Memahami dan Mengakomodir Trend dalam Genre
Contoh menarik pada novel Once A Bridesmaid yang mana sampulnya diredesign sesuai dengan trend genre buku. Font judul novel diperbesar dengan latar belakang yang lebih kuat menggambarkan isi novel. Sampul baru novel tersebut mendapatkan apresiasi lebih tinggi 48% dibandingkan sampul lama.
Kecepatan dalam Industri Buku: Cepat Cetak dan Segera Pasarkan
Seperti yang sudah saya tulis di atas mengenai perubahan model marketing yang menjadikan media online dan influencer sebagai pilar penting maka kampanye penjualan buku lebih efektif dilakukan dengan cara baru ini. Artikel di blog, dan terutama di sosial media memegang peranan penting.
Pengalaman saya bersama komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dalam menjual buku terbitan IIDN memberikan bukti pengaruh kuat pentingnya marketing di sosial media.
Nah, untuk bisa menjaring pembeli, maka marketing di media sosial tersebut haruslah kreatif dan cepat dengan konten yang memikat. Model marketing yang bisa dilakukan dimana pun dan kapan pun. Strategi ini sebenarnya sudah saya lakukan sejak tahun 2015. Salah satu masalah saya sebagai penulis buku masa itu adalah susah sekali untuk mengadakan bedah buku yang biasanya hanya dilakukan di jaringan toko buku raksasa di kota besar. Ya, teman-teman banyak yang tahu, saya penulis ndeso.
Dengan pertimbangan faktor-faktor di atas yaitu:
- Buku dengan cepat diterbitkan bahkan memiliki keleluasaan untuk diedit dan disempurnakan.
- Buku yang kaya dengan ilustrasi.
- Memiliki cover buku yang memikat pembeli.
- Marketing buku bisa cepat dan fleksibel kapanpun dimanapun.
- Marketing buku yang kreatif dengan konten yang menggugah netizen.
Maka saya perlu perangkat yang cocok. Perangkat dengan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan industri buku di era industri 4.0 ini. Industri yang mengedepankan kecepatan.
Beberapa kemampuannya seperti di bawah ini:
Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.
PC modern juga dilengkapi dengan pena digital yang memiliki banyak manfaat. Sentuhan khas tercipta saat Anda membuat sketsa atau coretan pada dokumen dengan pena digital. Penelitian juga menemukan adanya peningkatan kinerja hingga 38% pada pelajar ketika mereka menggunakan pena digital untuk mengerjakan soal-soal sains. Tidak semua ide berupa kalimat, kini saatnya untuk tuangkan inspirasi segera dalam sketsa atau coretan pena digital di PC modern.”
Mengapa Asus ZenBook Flip S (UX371) Memberikan Solusi?
Berkaitan dengan My 2021 Resolution dalam menjaring bisnis perbukuan, ternyata pada 23 Februari lalu, ASUS Indonesia meluncurkan 3 laptop ZenBook terbaru, salah satunya laptop ASUS ZenBook Flip S (UX371).
Laptop ini memiliki kemampuan dalam hal kecepatan, keamanan, ketahanan dan kemudahan penggunaan sebagai perangkat mobile modern dikarenakan adanya teknologi touchscreen. Saya bisa bisa menggunakan pena digital (stylus pen) untuk bekerja atau sentuhan jari.
Kemudahaan penggunaan laptop ini menjadikan saya ( yang termasuk generasi X 😀 ) bisa bekerja dalam posisi yang paling nyaman seperti bersandar di dinding berlapiskan bantal ataupun rebahan :D. Dengan posisi yang ternyaman dalam bekerja, maka saya bisa bekerja lebih lama dan juga fleksibel di mana pun seperti bersandar di kursi kereta. Bandingkan bila saya harus duduk dengan posisi tegak seperti biasa, maka akan cepat lelah.
Faktor lainnya adalah beratnya hanya 1,2 kg sehingga terhitung ringan, terutama bagi saya dan kalangan profesional perempuan berusia di atas 40 tahun. Juga, desainnya yang ringkas dengan dimensi 30.50 x 21.10 x 1.19 ~ 1.39 cm dan elegan sehingga mengesankan berkelas sebagai kaum profesional.
Apalagi laptop ini sudah terverifikasi sebagai laptop Intel EVO. Verifikasi yang dikeluarkan HANYA pada laptop yang ditenagai oleh prosesor 11th Gen Intel Core dengan performa sangat responsif, konektivitas terdepan dan daya tahan baterai yang panjang. Pendek kata Asus ZenBook Flip S (UX371) adalah laptop premium.
Untuk lebih jelasnya, saya uraikan kelebihan dari Asus ZenBook Flip S (UX371) seperti di bawah ini.
Portabilitas Untuk Kerja Ngebut dengan Hasil Maksimal
Layar Sentuh Bersertifikasi PANTONE Validated dan TÜV Rheinland
ZenBook Flip S (UX371) memiliki layar sentuh convertible premium dengan color coverage 100% pada color range DCI-P3 dan menggunakan panel OLED beresolusi 4K UHD. Layar laptop ini mampu menghasilkan warna yang kaya secara akurat pada tingkat kecerahan rendah. Kualitas visual yang ditampilkannya pun menjadi terbaik tanpa perlu memaksimalkan tingkat kecerahan yang bisa mengganggu kesehatan mata.
Kualitas layar laptop premium ini diakui dengan dibuktikan adanya sertifikasi PANTONE Validated danTÜV Rheinland. Dengan kualitas layar seperti ini, saya bisa mendapatkan tampilan visual cover buku, termasuk ilustrasi, foto dan konten untuk campaign dalam wujud terbaiknya. Para insan kreatif tentunya bisa menghasilkan karya-karya digital terbaiknya.
Selain sertifikasi PANTONE Validated, layar laptop ZenBook Flip S (UX371) juga mendapatkan sertifikasi TÜV Rheinland. Sertifikasi ini memastikan bahwa layar ZenBook Flip S (UX371) tidak mengganggu kesehatan mata karena memiliki teknologi layar khusus. Teknologi mutakhir layarnya mampu mengurangi efek flickering dan gelombang biru yang menjadi penyebab utama gangguan mata ketika kita memakai perangkat elektronik visual.
Dengan kualitas layar seperti tersebut di atas, maka saya bisa bekerja lebih lama menggunakan ZenBook Flip S (UX371) tanpa mengalami kelelahan mata akibat radiasi layar. Kesehatan mata lebih terjaga, apalagi salah satu masalah kesehatan di pertambahan usia adalah faktor penurunan penglihatan.
Layar Flip 360 Derajat Memaksimalkan Fleksibilitas Kerja
Sebagai seorang penulis dan trainer dalam bidang kepenulisan, sering kali ide muncul pada kondisi tidak di depan laptop. Saat ada di cafe, di taman, di tempat tidur bahkan di kereta api, ide penulisan dan pelatihan muncul. Biasanya saya menuliskannya di buku catatan garis besar ide tersebut. Sayangnya, buku catatan memiliki kapasitas terbatas dalam menuangkan ide bahkan mengeksekusi ide menjadi tulisan yang utuh. Bisa juga saya menggunakan smartphone. Hanya saja, smartphone memiliki keterbatasan dimensi sehingga kurang nyaman untuk digunakan menulis berpanjang-panjang.
Solusi pun hadir dengan menjadikan laptop yang bisa digunakan layaknya tablet yakni kemampuan melipat layar secara maksimal 360 derajat berteknologi layar sentuh. Nah, ZenBook Flip S (UX371) ini menghadirkan kemampuan fleksibiltas kerja dimana pun dalam posisi yang paling santai sekalipun, tanpa harus saya menuangkan ide tulisan dan pelatihan dengan posisi di depan meja kerja.
Stylus Pen untuk Desain Cover dan Konten Memasarkan Buku
Mendesain ilustrasi buku, termasuk cover buku, menjadi mudah selayaknya kita menggambar di atas kertas karena ZenBook Flip S (UX371) dilengkapi pena digital khusus dengan 4096 sensitifitas tekanan (pressure sensitifity) hingga 4096 level. Teknologi ini memungkinkan saya mendapatkan kontrol yang jauh lebih tinggi dan akurasi serta dengan mudah untuk mengeksekusi ide-ide kreatif, termasuk membuat konten marketing buku. Ilustrasi yang dirancang bisa detail.
Dukungan dari windows ink yang merupakan platform dari Microsoft untuk sistem operasi terbarunya menjadikan penggunaan pena digital menjadi maksimal.
Adanya pena digital yang sensitif dan windows ini akan memudahkan saya membuat sketsa, gambar dan konten lain yang menunjang pembuatan buku sekaligus materi pemasarannya.
Keyboard yang Lega dan Nyaman Digunakan
Desain keyboard pada ZenBook Flip S (UX371) membentang dari ujung kiri ke kanan keyboard (Edge-to-edge keyboard) sehingga menjadi lebih lega dengan tombol yang bisa didesain lebah besar. Desain keyboard seperti ini menjadikan saya bisa mengetik tulisan lebih leluasa. Keyboard ini juga dilengkapi fitur backlit sehingga saya tetap bisa bekerja pada kondisi minim cahaya.
Hal lain yang menarik adalah keberadaan fitur numberpad dimana touchpad bisa difungsikan sebagai numberpad melalui sebuah tombol.
Kecepatan Melalui Dukungan Prosesor Generasi 11
ZenBook Flip S (UX371) membuktikan dirinya sebagai laptop premium dengan kinerja cepat, termasuk dalam olah gambar, dikarenakan pada dirinya disematkan prosesor 11th Gen Intel Core terbaru yakni Intel Core i7-1165G7 dengan frekuensi turbo maksimum 4.7 GHz. Kecepatan prosesornya ini dikolaborasikan dengan RAM berkapasitas 16 GB. Bisa dipastikan bahwa kemampuan mesin ZenBook Flip S (UX371) dalam menjalankan berbagai aplikasi menjadi memuaskan.
Prosesor ini ditenagai oleh GPU terintegrasi Intel Iris Xᵉ Graphics yang memiliki keunggulan dalam hal kecepatan pemrosesan mesin dengan konsumsi daya rendah. Efeknya, penggunaan baterainya lebih hemat dan lebih lama sekitar 15 jam lebih. Jadi, saya bisa nyaman menggunakannya ketika ada di lokasi yang tidak ada pasokan listrik seperti di taman atau lokasi outdoor wisata.
Dari berbagai benchmarks pada https://www.techspot.com/review/2158-intel-tiger-lake-core-i7-1165g7/ kerja prosesor Intel Core i7-1165G7 menyimpulkan bahwa sebagian besar performanya berada di peringkat tengah ke atas dibandingkan dengan prosesor lainnya.
Bahkan pada dua jenis benchmarks Cinebench R20 untuk single-threaded render test dan SiSoftware Sandra Crytography untuk AES 265 multi-threaded performance, prosesor yang disematkan pada ASUS ZenBook Flip S (UX371) berada di posisi teratas. Artinya, prosesor generasi 11 ini memiliki performa yang memuaskan.
Ketahanan dan Ketangguhan ASUS ZenBook Flip S (UX371)
Melalui Media Penyimpan SSD
Media penyimpannya yang terbuat dari Solid State Drive (SSD) NVMe PCIe 3.0 sebesar 1 TB menjamin ketangguhan dalam perjalanan, termasuk terhadap resiko benturan. Media penyimpan yang terhitung besar ini ( dua kali rata-rata kapasitas laptop ASUS yang saya miliki), menjadi ruang yang sangat lega untuk menyimpan data dan bahan pembuatan buku, materi pelatihan menulis dan konten untuk memasarkannya.
Berbeda dengan Hard Disk Drive (HDD) yang biasa digunakan PC atau laptop sebelumnya, media penyimpan SSD lebih hemat listrik dan lebih cepat dalam alih data sekaligus lebih aman. Kelebihan SSD ini dikarenakan data disimpan dalam chip berupa muatan listrik. Bandingkan dengan HDD yang berputar secara mekanis sehingga membutuhkan listrik lebih dan rentan terhadap benturan.
SSD lebih hemat listrik 10% dibandingkan HDD, membutuhkan waktu booting lebih singkat juga waktu untuk alih data. Waktu yang dibutuhkannya hanya ½ dari HDD. Kelebihan lainnya adalah bobotnya yang ringan sehingga mengurangi beban dari laptop mobile dan tidak bising karena tidak ada putaran disk.
Daya Tahan Baterai
Teknologi GPUnya yang terintegrasi dengan Intel Iris Xᵉ Graphics menjadikan mesin ASUS ZenBook Flip S (Ux371) ini mampu mengkonsumsi listrik yang rendah sehingga lebih hemat daya. Kala hidup baterainya lebih dari 15 jam. Rentang waktu yang lebih dari setengah hari ini, lebih dari cukup untuk menemani aktifitas mobile selama perjalanan atau sewaktu hang out di alam terbuka sambil tetap bekerja.
US Military Grade
Saya tidak perlu risau mengenai masalah ketahanan laptop ini secara fisik dikarenakan sudah adanya sertifikat berstandar militer MIL-STD 810G. Untuk produk industri, apalagi untuk penggunaan yang ringan seperti yang biasa saya lakukan yaitu bekerja di lingkungan dengan suhu ruang biasa, ketinggian biasa, tidak lembab dan tidak memiliki resiko benturan, maka ASUS ZenBook Flip S (UX371) ini akan aman saja. Bandingkan dengan sertifikasi MIL-STD 810G yang mengharuskan laptop ini menjalani rangkaian uji fisik yang terhitung cukup ekstrem, baik ketinggian, suhu, kelembaban, benturan, dan uji jatuh.
Konektivitas
Kelengkapan Port
Desain ringkas tidak mengurangi kelengkapan port sebagai penghubung ZenBongoptimalkan fungsinya yang mendukung produktifitas saya. Portnya lengkap yang meliputi port USB Type-A dan HDMI, port Thunderbolt 4 untuk mendukung display output dan fitur power delivery.
Wifi Generasi 6
Sebagai laptop mobile, tentu teknologi koneksi nirkabel ZenBook Flip S (UX371) terhitung yang terdepan. WiFi 6 (802.11ax) nya menjadikan kecepatan tarnsfer data dan latencynya lebih baik dari generasi WIFI sebelumnya.
Teknologi WIFI ini sudah dilengkapi dengan WiFi Smartconnect sehingga laptop akan selalu terhubung otomatis dengan router yang bersinyal paling stabil dan paling kuat. Dan teknologi WiFi Stabilizer yang berfungsi menstabilkan koneksi laptop dengan router. Pendek kata, saya akan bisa bekerja secara mobile dengan layanan jaringan data yang stabil dan kuat. Tentu hal ini sangat membantu dan menunjang produktivitas saya.
Menghubungkan Ponsel ke Laptop dengan Software MyASUS
Software My ASUS ini berfungsi menghubungkan ponsel ke laptop dan menjadikan perangkat ponsel sebagai perpanjangan layar laptop atau PC desktop. Software MyASUS ini berfungsi memaksimalkan kerja laptop.
Beberapa fungsi dari MyASUS adalah File Transfer yakni mengirimkan file dari ponsel ke laptop, URL Transfer yakni membagikan URL browser dari laptop ke ponsel, Phone Call yakni menerima dan mengirimkan panggilan melalui laptop, Remote Access yakni mengakses file dari laptop melalui ponsel meskipun berada di lokasi berbeda, Screen Mirroring yakni menjadikan layar laptop sebagai layar ponsel dan Screen Extender yakni menjadikan layar ponsel sebagai perluasan (ekstensi) layar laptop.
Fitur Pendukung yang Mumpuni
Sebagai laptop premium, ZenBook Flip S (UX371) dilengkapi beberapa teknologi pendukung yang melengkapi kerjanya sebagai perangkat mobile untuk kalangan profesional. Untuk kepentingan video conference ataupun webinar saat memberikan pelatihan menulis, laptop ini dilengkapi AI Noise Cancelling yakni kemampuan mengidentifikasi dan mengurangi suara bising di sekitar pengguna saat melakukan webinar juga video conference. IR Camera yang sudah ditingkatkan kemampuan pemrosesan webinar yang saya lakukan nanti akan lebih optimal dengan tampilan yang lebih bagus.
IR Camera sebagai Fitur Keamanan
IR Camera tersebut terintegrasi dengan Windows Hello sehingga menjadikan fitur keamanan ZenBook Flip S (UX371) ini secara otomatis menjadikan saya bisa masuk ke sistem setelah dilakukan pemindaian wajah, tanpa perlu mengetikkan password.
Kualitas Sound Harman/Kardon
Siapa yang tidak mengenal Harman/Kardon sebagai jawara spesialis audio tingkat dunia. Audio ZenBook Flip S (UX371) ini mampu menghasilkan efek suara surround yang keluar dari speaker stereo berkualitas tinggi. Amplifiernya menghasilkan volume maksimum namun dengan distorsi minimum sehingga suara yang dikeluarkannya akan sangat jernih dan bertenaga. Pendek kata, audio laptop ini akan setara dengan suara yang dihasilkan studio bioskop dan tentunya sangat menghibur saya saat menulis buku sekaligus merancang ilustrasinya. 😀
Laptop Convertible Menemani Hari-Hari Penuh Optimisme
Perubahan bisnis, termasuk perbukuan, di era industri 4.0 ini mengharuskan bukan saja mindset yang berbeda namun juga perangkat yang tepat. ZenBook Flip S (UX371) adalah laptop premium convertible yang bisa digunakan dalam kondisi pengguna tidak konvensional (yang selalu bekerja di atas kursi dengan posisi laptop di atas meja). Modelnya yang flip sehingga mengubahnya berfungsi sebagai tablet. Saya bisa menggunakannya dalam kondisi bersandar, bahkan sambil berbaring, sehingga mengurangi resiko pegal pada punggung.
Layarnya yang bersertifikasi PANTONE dan TÜV Rheinland bisa menjadikan saya bisa bekerja dalam durasi yang lebih lama karena layarnya ramah terhadap kesehatan mata. Kualitas layarnya juga mampu menghasilkan ilustrasi yang lebih detail dengan hasil sejernih yang tampil di layar.
Sebagai profesional dalam industri perbukuan, sekaligus mentor dalam bidang penulisan buku yang menggunakan media daring sebagai pembelajaran, laptop ZenBook Flip S (UX371) memenuhi ekspektasi saya sebagai perangkat kerja. Laptop ini mampu bekerja cepat, ruang penyimpanan lega, kemampuan grafis, baterai berumur panjang, konektivitas stabil dan memiliki ketahanan fisik sekaligus tampilan yang elegan sehingga bisa menaikkan branding saya sebagai penulis juga mentor profesional.
Sebagaimana dikatakan entrepreneur kelas dunia di awal tulisan ini, Rupert Murdoch, “yang cepat akan mengalahkan yang lambat”, laptop ZenBook Flip S (UX371) akan menjadi mitra terbaik dalam dunia yang melaju cepat. Jadi hanya ada satu alasan bahwa My 2021 Resolution adalah menjadi optimis dan produktif dalam menjaring bisnis perbukuan nasional.
Catatan :
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS ZenBook Flip S (UX371) Blog Writing Competition bersama deddyhuang.com.
Spesifikasi Lengkap ASUS ZenBook Flip S (UX371)
Main Spec. | ASUS ZenBook Flip S (UX371) |
CPU | Intel® Core™ i7-1165G7 Processor 2.8 GHz (12M Cache, up to 4.7 GHz) |
Operating System | Windows 10 Home with Office Home & Student 2019 pre-installed |
Memory | 16GB LPDDR4X |
Storage | 1TB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD |
Display | 13.3″ (16:9) OLED 4K UHD (3840 x 2160), 400 nits, 100% DCI-P3, 133% sRGB, NanoEdge Display, Touchscreen, PANTONE® Validated display, TÜV Rheinland eye-care certified display |
Graphics | Intel® Iris® Xᵉ Graphics |
Input/Output | 1x HDMI 1.4, 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 USB Type-C supports display and power delivery |
Camera | HD camera with IR function to support Windows Hello |
Connectivity | Intel Wi-Fi 6(Gig+)(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2 |
Audio | SonicMaster, Smart Amp Technology, Built-in array microphone, harman/kardon certified |
Battery | 67WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion |
Dimension | 30.50 x 21.10 x 1.19 ~ 1.39 cm |
Weight | 1.20 kg |
Colors | Jade Black |
Price | Rp24.999.000 |
Warranty | 2 tahun garansi global |
Referensi
- 5 Ways a Professional Cover Design Can Boost Book Sales 2017 by RICARDO FAYET (GUEST BLOGGER)- https://insights.bookbub.com/ways-professional-cover-design-can-boost-book-sales/
- Derek Murphy, Can a new book cover double sales? A case study with 10 authors, https://www.creativindie.com/can-a-new-book-cover-double-sales-a-case-study-with-10-authors/
- Kelly Morr, How cover design can increase book visibility by 50% (or more), 2017, https://99designs.com/blog/tips/impact-book-cover-design-on-sales/
- https://www.asus.com/id/Laptops/For-Work/ZenBook/ZenBook-Flip-S-UX371-11th-Gen-Intel/
Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Laptop model flip ini sepertinya akan menjadi model trend laptop karena user membutuhkan perangkat yang bisa digunakan dlm bnyak situasi skaligus awet.