Industri pariwisata telah memberikan banyak dampak positif. Kita pun banyak yang senang sekali berwisata bukan? Namun bagaimana dampaknya terhadap lingkungan? Baru-baru ini saya berkesempatan membedahnya dalam sebuah acara.
***
“Apa ya, topik yang bisa saya sampaikan, sesuai dengan ilmu dan pasti menarik untuk audience yang basicnya bukan bidang lingkungan?“
Begitulah, jujur excited sekaligus agak bingung waktu pertama kali dikontak oleh Mas Suprapto, kawan saya di Solo yang juga ketua Ikatan Guest House dan Homestay Soloraya sekaligus manajemen beberapa guest house serta resto, untuk mengundang saya sebagai pembicara dalam sebuah acara.
Setelah mencari tahu bahwa yang datang adalah kawan-kawan dari fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana, dan kedatangan mereka ke Solo adalah dalam rangka tour, mengunjungi beberapa destinasi wisata menarik di seputaran Solo, saya lantas memutuskan mengangkat topik Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan ini. Biar match dengan topik kunjungan mereka dan juga karena topik ini sedang saya pelajari dan siapkan riset-risetnya secara lebih serius.
Daftar Isi
Pariwisata dan Korelasinya dengan Lingkungan
Pukul 14 lebih sedikit, acara yang berlangsung di Graha Wisata Niaga, Surakarta ini dimulai. Di hadapan saya hadir sekitarr 40-an mahasiswa bersama Pak Eril salah satu dosen.
Evening Talk Desember lalu ini dibuka dengan pengantar dari Mas Suprapto selaku pihak yang mengorganize acara dan termasuk juga tour yang diikuti kawan-kawan mahasiswa ini. Dilanjutkan materi pertama oleh Pak Pri Siswanto DPC Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo periode 2018 – 2023. Pak Pri menjelaskan tentang destinasi wisata di sekitar Soloraya.
Tiba giliran saya untuk sharing. Saya bawakan materi santai terkait korelasi wisata dengan lingkungan. Dunia pariwisata bisa dibilang termasuk salah satu jenis industri yang sangat dipengaruhi kualitas lingkungan. Coba bayangin, jika suatu saat langit Bali sudah tak lagi biru, berganti abu-abu, dan udaranya sudah tak lagi bersih, apakah kita akan tetap sehobi sekarang ini berwisata ke Bali?
Saya memberikan contoh lain. Suatu saat saya datang ke daerah Pengalengan, dekat Bandung. Selama berada di sana, kami diserbu kawanan lalat yang mungkin jumlahnya ada ribuan. Plus kami melihat ada pembakaran sampah di dekat destinisai wisata yang kami kunjungi, saat itu juga saya memutuskan, nggak akan lagi menjadikan lokasi tersebut daerah tujuan wisata saya. Begitulah ilustrasi bahwa wisata amat dipengaruhi lingkungan. Khususnya wisata alam yang memang mengekspose kemolekan alam raya ini.
Dampak Pariwisata untuk Lingkungan
Bicara dampak, orang sering langsung fokus pada dampak yang sifatnya negatif ya? Padahal tak selalu demikian. Misalnya dalam pengembangan kawasan wisata, bisa saja menghasilkan dampak positif berupa lingkungan yang makin tertata, penanaman mangrove, dan lainnya. Salah satu contoh yang pernah saya datangi langsung adalah Wisata BJBR di Probolinggo. Destinasi ini dulunya adalah daerah kumuh dan tempat pembuangan sampah, namun kabarnya kemudian dibenahi lingkungannya dan ditanami bakau sehingga menjadi lebih baik kondisinya dari pada sebelum dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Bagaimana dengan dampak negatifnya? Oh, banyak yang berpotensi menjadi dampak negatif. Dari tahap awal saja, misal dalam pembangunan sarana dan prasarana, pasti ada bentang alam yang diubah, ada alih fungsi lahan, lahan yang tadinya area terbuka hijau dibangun fasilitas hotel, restoran, dan penunjang wisata lainnya. Pasti juga kegiatan wisata memerlukan sejumlah sumber daya, ada penggunaan energi, ada penggunaan bahan bakar, ada penggunaan air bahkan yang cukup masif misalnya untuk water park, kolam renang, dsb.
Adakah dampak lingkungan yang lainnya? Oh jelas. Kehadiran dan aktivitas wisatawan di suatu destinasi pasti terkait dengan penggunaan bahan bakar, ada potensi pencemaran udara. Selama beraktivitas di suatu destinasi wisata, wisatawan juga pasti menghasilkan limbah cair, sampah dan limbah padat, bahkan bisa juga terjadi noise alias kebisingan.
Bicara Dampak Tak Lengkap Tanpa Solusi, Lalu Apa Solusinya?
Tentu deretan dampak lingkungan tersebut tidak lantas membuat kita menghambat gerak dunia wisata ya. Karena bagaimana pun, wisata juga memberikan dampak positif yang cukup banyak pada perekonomian, membuka lapangan pekerjaan dan seterusnya. Hanya saya, sangat penting untuk mulai membangun kesadaran tentang bagaimana kita memajukan pariwisata tanpa mengorbankan kepentingan lingkungan.
Ini dia beberapa poin yang saya usulkan sebagai jalan ke luar untuk dapat meminimize dampak lingkungan dari dunia pariwisata:
Pertama di ranah planning.
Harus ada perencanaan yang benar dan serius, bagian mana yang akan dikembangkan, apakah segala sumber daya di sana mendukung untuk dikembangkannya sebuah wisata? tentu semua harus disesuaikan dengan potensi daerahnya masing-masing. daerah rawan longsor misalnya, jangan diperparah dengan masifnya pembangunan struktur di sekitar tebing atau daerah berkemiringan tinggi.
Kedua, dalam tahap pembangunan,
Tidak hanya memperhatikan bahwa sebuah struktur akan menarik dan mendukung suatu destinasi untuk mengundang wisatawan sebanyak-banyaknya, akan tetapi juga dipikirkan apa dampaknya terhadap lingkungan, bagaimana meminimalisir dampak tersebut dsb. contohnya saja, maraknya pembangunan hotel, resor dan fasilitas lain di sempadan pantai, begitu pula di sempadan sungai. Padahal daerah peralihan tersebut adalah area yang secara ekologi adalah penting. Hal tersebut perlu dikaji, dan diberikan batas-batas yang ketat. Demikian pula dengan fasilitas penting terkait pencegahan pencemaran lingkungan akibat pengembangan wisata. Sebuah hotel misalnya, penting memikirkan bagaimana mereka akan mengolah air limbahnya? Bagaimana akan dilakukan pengelolaan sampah dan limbah padatnya? bagaimana agar dapat menggunakan energi dengan efisien? Juga masih banyak aspek lainnya
Ketiga, Edukasi Wisatawan
sangat penting namun juga pasti tidak mudah, adalah bagaimana para stakeholder perlu menggaungkan edukasi tentang menjadi traveler yang sadar lingkungan. Edukasi ini harus sampai kepada seluruh pejalan agar kesenangan mereka menikmati keindahan alam dan destinasi wisata lain, tidak diikuti perilaku merugikan seperti misalnya membuang sampah sembarangan, menggunakan sumberdaya dengan semena-mena, mengganggu keanekaragaman hayati, aksi vandalisme dengan merusak atau mencoreti bebatuan dan fasilitas lain serta masih banyak yang lainnya.
Sejatinya kegiatan wisata justru seharusnya menjadi sarana menanamkan kecintaan pada lingkungan, budaya dan segala kekayaan negeri. Saya pernah menuliskannya di sini: Belajar Mencintai Lingkungan dengan Piknik.
Antusiasme Berdiskusi dan Follow Up
Hari sudah menjelang sore ketika saya selesai menyajikan paparan saya yang sebenarnya tidak banyak, hanya sekitar 14 slide dan itupun hanya poin-poin dan banyak gambar. Saya menduga, sesi diskusi akan sangat cepat, mengingat audience ketika datang juga sudah terlihat sedikit kelelahan karena aktivitas wisata mereka sejak sehari sebelumnya. Ternyata saya salah, jumlah penanya cukup banyak, sampai-sampai harus dibatasi oleh moderator.
Pada bagian akhir saya juga mengusulkan beberapa topik riset yang menarik terkait tema wisata dan lingkungan misalnya saja menguji bagaimana respon pasar terhadap hotel-hotel dengan konsep green hotel, bisa juga menguji profitabilitas bisnis terkait wisata yang mengusung konsep eco atau green dan semacamnya. Wah, saya sendiri langsung punya banyak topik riset di kepala terkait tema ini.
Thank you for having me, FEB Universitas Mercu Buana, Musafir Guest House Solo, dan IGHO, tak lupa untuk Mas Suprapto yang telah memberikan kepercayaan begitu besar kepada saya untuk berkontribusi dalam event-eventnya. Sungguh senang dapat berbagi cerita dan sudut pandang dengan teman-teman mahasiswa FEB Mercu Buana yang pintar-pintar ini. Can’t wait for next collaboration
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Benar sekali mbak, pariwisata tentu punya dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya
Hal yang harus dilakukan adalah meminimalisir dampak negatif
Edukasi wisatawan ini juga penting banget ya
Biar saat berwisata mereka bisa tetap menjaga lingkungan sekitar tempat wisata