Petualangan Ala Ransel Jember-Bali

Share

Long weekend, sudah lama usai. Bagi kami sekeluarga, liburan kemarin luar biasa seru! Bukan… bukan karena pergi super jauh dengan fasilitas oke. Tapi justru karena kami bisa mengalahkan berbagai kekhawatiran, memberanikan diri berpetualang dengan bujet dan waktu yang luar biasa nge-pas. Ha..ha.. petualangan ala ransel yang kami pilih!

Tadinya kami mau ke Bromo. Karena waktu ke Probolinggo akhir tahun lalu, Bromo tak mungkin kami datangi. Tapi si anak lanang mogok, dia rada kapok dengan pengalaman naik ke Kawah Ijen yang bikin gempor. Ha..ha.. padahal sudah berkal-kali dijelaskan dan ditunjukkan foto-foto, eyalahhh nak… nak… naik Bromo mah gampilll… beda dengan ijen. Tapi si anak lanang keukeh enggak mau ikut dan minta tinggal di rumah neneknya saja, kalau kami tetap ke Bromo.

(Baca Juga: Petualangan Kawah Ijen)

Saya sangat tidak nyaman pergi tanpa si kakak ini. Bagi saya, tidak sering ada kesempatan long weekend begini, jadi benar-benar harus dimanfaatkan untuk berkegiatan seru sekeluarga. Iya, formasi lengkap! Akhirnya ayah mengusulkan kami backpacker aja ke Bali. Karena keputusan dibuat sudah 2 hari dari liburan, saya tak kunjung menemukan hotel di Bali. Di Banyuwangipun tak kebagian hotel. Akhirnya, ya sudah kita berpetualang sehari saja. Kata Pak bojo, kita nikmati saja apa yang ada. Okelah!

Suasana Bagian Dalam Stasiun Kereta Api Bondowoso
Suasana Bagian Dalam Stasiun Kereta Api Bondowoso

Langsung pesan tiket kereta di Stasiun Bondowoso. Oya, stasiun ini hanya berfungsi sebagai ticketing aja. Tidak ada kereta yang melintas di sini. Jadi kami naiknya nanti dari kota sebelah, Jember. Dan, sekali lagi. Karena sudah saat-saat terakhir, kami tak kebagian tiket duduk. Yo wis lah siap-siap kita berdiri, atau duduk lesehan saja kalau memungkinkan.

Demi tidak ketinggalan kereta, pukul 4 lebih dikit kami udah di stasiun Jember dan langsung naik kereta Pandanwangi. Untunglah, mungkin ada penumpang bertiket duduk yang tidak jadi berangkat sehingga saya mendapat satu tempat duduk yang kami tempati berdua dengan dik Raniah. Sedangkan Ayah dan Kak Asa juga masih kebagian tempat duduk berdesakan dengan penumpang lain.

Thanks to PT KAI. Tiket murce marice super duper ekonomissss … delapan ribu perak satu orang untuk menempuh jarak Jember-Banyuwangi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Olala…. murahnyaa! Fasilitas, semua cukup oke dan bersih, AC juga cukup dingin. Dan lagi, jadwalnya tepat! Hi..hi… takjub juga saya dengan tiket super murahnya. Kebangetan! Ha..ha…

Oya, Kereta Api Pandanwangi ini ada dua kali pemberangkatan dari Jember, pukul 4.30 pagi seperti yang kami naiki ini dan rada sore pukul 15.30. Menuju Banyuwangi dari Stasiun Jember, juga bisa menggunakan Kereta api Probowangi. bedanya, Probowangi tiketnya mahalan, kalau enggak salah 17 ribu.

Berpose Sejenak Di Depan Stasiun Banyuwangi Baru (Credit: Arundaya Taufik)
Berpose Sejenak Di Depan Stasiun Banyuwangi Baru (Credit: Arundaya Taufik)

Sampai di Banyuwangi, menyempatkan ke toilet sebentar lalu berjalan kaki ke pelabuhan ketapang yang hanya sekitar 200 meter dari stasiun. Di sini bagian tiket lumayan berjubel. Masukan buat pihak pelabuhan, petugasnya tambah dong Pak, kalau musim liburan. He..he.. puluhan calon penumpang hanya dilayani satu petugas. Lama juga nunggunya, ditambah ruang tunggunya yang kurang nyaman, beratap fiber,  tembus cahaya matahari yang artinya panas, bo! Di sini saya harus ekstra sabar mengatasi kak asa yang mulai ngeluh. Sabar ya Kak, lihat tuh yang antre banyaaaaak.

Setelah perjuangan berpanas-panas ria, sampai T Shirt si ayah basah kuyup oleh keringat, akhirnya dapat juga tiketnya. Sekali lagi, murah pake banget! 6 ribu perak untuk dewasa dan 4 ribu perak saja buat anak-anak. Jadi PP kami hanya butuh 40 ribu untuk penyeberangannya. Hemat!

Suasana Pelabuhan
Suasana Pelabuhan

Bagi anak-anak, ini dalah pengalaman pertama naik feri. Tapi syukurlah, mereka tak terlihat canggung atau takut. Kak Asa dan Dik Raniah terlihat sangat menikmati perjalanan. Hanya, ketika hampir sampai Gilimanuk, Kak Asa terlihat agak diam. Saya cek lehernya berkeringat dingin. Huwaa… mabok laut ni anak! Saya langsung usap-usap avaloka medic oil yang selalu ada di ransel. But.. it seems to late. Nggak lama si anak lanang mun**h. Wadowww… untung masih sempat lari ke toilet.

Asyikkk! Naik Feri Kita. (credit: Arundaya Taufik)
Asyikkk! Naik Feri Kita. (credit: Arundaya Taufik)

Sampai di Gilimanuk, si kakak yang memang moody, ditambah habis mabok laut, mulai rada kurang kooperatif. Mulai me-nego, “Bun pulang jangan naik kapal lagi. Naik pesawat aja!” Waduh! Piye iki. Si anak lanang langsung kapok. Lama… diajak duduk dan ngobrol, si kakak mulai agak santai. Akhirnya kami menyeberang. Nah, di seberang pelabuhan ada pantai wisata yang lumayan oke buat sekadar transit.

13214782_10201911802272795_874718369_o

13214927_10201911801192768_1255869193_o

Di sini kami turunkan ransel. Untung kami ingat untuk bawa matras (harusnya sekalian bawa tikar wkwkwk). Di bawah pohon-pohon rindang kami gelar matras dan duduk menghadap ke pantai. Ayah mencari makan siang untuk kami di warung sekitar. Habis makan siang, anak-anak tampaknya punya energi baru untuk kembali menjelajah. Kak Asa dan Dik Raniah bermain di pantai, mengumpulkan kerang. Saya dan si ay? Ha..ha.. pacaran dong! Wkwkwk.

Memandangi Laut Dan Anak-anak Bermain Dari Kejauhan
Memandangi Laut Dan Anak-anak Bermain Dari Kejauhan

Leyeh-leyeh di bawah pohon rindang sambil dibelai angin sepoi-sepoi ternyata bikin kami ngantuk. Dan saya sempat tidur sebentar. Amboiii…. sungguh sebuah kemewahan bisa boci di alam terbuka yang indah begini.Bakda ashar kami balik ke pelabuhan. Membersihkan badan dan ganti pakaian. Lalu siap kembali antre tiket pulang. Sengaja memilih feri yang bakal nyebrang pulul 5-an. Kata si Ay, siapa tahu kita dapet sunset di selat Bali. Yo wis, oke aja. Toh kereta Pandanwangi yang akan membawa kami kembali ke Jember, masih pukul delapan malam.

Si sanak lanang terlihat rada diam saat naik feri. Mungkin masih tersisa trauma mabok pagi tadi. Ha..ha.. sebagai antisipasi, lagi-lagi saya keluarkan avaloka medic oil dari dalam tas. Langsung oles-oles. Alhamulillah aman ya nak, ga pake hoek lagi. Haha…

Pemandangan Ke Arah Ketapang Senja Hari (Credit: Arundaya Taufik)
Pemandangan Ke Arah Ketapang Senja Hari (Credit: Arundaya Taufik)
Sesaat Sebelum Merapat di Pelabuhan (Credit: Arundaya Taufik)
Sesaat Sebelum Merapat di Pelabuhan (Credit: Arundaya Taufik)

Sampai Pelabuhan Ketapang, sudah gelap. Kami menemukan warung Padang di depan Pelabuhan, ngandok dulu kitaaaah… laper euy. Rasanya sangat standar, bahkan agak kecewa karena citarasanya terlalu Jawa. Enggak terasa banget rempah dan pedasnya. Tapi syukurlah kami sedang kelaparan banget, jadi segalanya terasa endeussss…

Beres urusan perut, langsung jalan kaki lagi ke Stasiun Banyuwangi Baru. Ruang tunggu sudah penuh dengan penumpang. Bahkan penumpang meluber sampai halaman dan emperan stasiun. Kami menunggu agak lama di sini, Karena meski sudah dekat dengan jam keberangkatan, petugas boarding tak kunjung membuka pintu. Entah kenapa. Saat melayani, petugas di sini juga kurang ramah. Jujur saya sedikit kecewa. Sepanjang petualangan kami naik kereta, ini kali pertama kami bertemu petugas stasiun yang kurang ramah.

Begitu naik kereta, anak-anak kami pakaikan jaket. Kak Asa dipakaikan juga kupluk rajutan, hi..hi… biar anget. Karena acara kami selanjutnya 3 jam ke depan dalam kereta Pandan Wangi ini adalah…. tidur! Dan benar saja, sepanjan perjalan menuju jember, ayah dan anak-anak begitu pulas. Saya yang terbangun berkali-kali di setiap stasiun kecil dimana kereta berhenti. Lagipula, beberapa anak balita dan bayi yang ada di gerbong ini rewel, saya agak susah untuk tidur nyenyak.

Sekitar pukul 11 sampai juga kami di Jember. Anak-anak agak sulit dibangunkan. Masih ngantuk kata mereka. Turun dari kereta, mampir di toilet lalu bergegas ke tempat parkir, di mana si ijo menunggu. Suami mengendara santai. Ke mana tujuan kami? Pulang? Ohh… tidak. Terlalu lelah beliau untuk menyetir satu jam-an sampai Bondowoso. Kami memutuskan menuju SPBU, memarkir si ijo dan tidur di sana. Nyenyak sampai subuh! Ha..ha… dasar traveler doyan tidur!

Sampai jumpa di petualangan berikutnya!

Share

20 thoughts on “Petualangan Ala Ransel Jember-Bali

  1. wah seru banget ya perjalanannya, enak ay punya suamiku suka jalan2, suamiku sih orang rumahan banget

  2. Wiiih enak banget sih pikniknya. Sederhana tapi terlihat sekali kebersamaannya. Enak banget kalo tinggal di Jatim soalnya kalo mau ke Bali deket, tinggal nyebrang, hehe.

  3. Huaaaa  asiknya maen ke Bali tinggal  nyebrang gitu. Kalau aku dari Bandung kudu pake  pesawat. Bisa sih pake bis tapi dijamin pegel, 24 jam di jalan!  Nyampe sana keburu capek duluan hehe

  4. Busetttttttt delapan ribuuuuu 3 jammm. Kece banget negara ini kalau bisa bikin tarif murah begitu ya. Ya agak mahalan dikit gapapa, asal bersih dan teratur ya mba. Seneng liat jalan – jalan, ahhh aku juga butuh jalan – jalan nih hahhhahahaha.

  5. ah seruuuu, kalo aku naik ferry udah lama banget waktu mahasiswa, sekarang belum lagi mbak, Alfi mesti suka nih kalo diajak naik ferry

  6. Mbak itu kereta pandanwanginya cuma bisa beli on the spot ya?? Mohon bantuan saya juga mau backpakeran kw bali hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!