Setiap kali traveling, tak perduli jauh dekat, satu tempat yang dirindukan adalah rumah. Suka berperjalanan, bukan berarti kami tak betah ada di rumah. Kemanapun pergi, rumah tetap selalu dirindu. Sekadar ke kantor, yang menjadi rutinitaspun, tetap ada rasa kangen pulang. Ya… ya…ya. Ru.. mah!
Bagi saya dan keluarga, rumah bukan hanya tentang bangunan berdinding bata dan adukan semen. Bukan sekadar ruang tempat kami beristirahat. Bukan hanya soal naungan tempat kami berlindung dari panas, hujan dan badai. Rumah.. jelas jauh… jauhhhh lebih tinggi maknanya dari hal-hal yang saya sebut di atas. Karena, banyak alasan untuk #BahagiadiRumah.
Rumah, sangkar yang hangat ….
Hal yang paling penting bagi kami adalah, bahwa rumah adalah sangkar kami yang hangat. Di sini kami berkumpul, ngeruntel, bercanda dan merawat cinta sebagai keluarga. Dan rasanya, selalu ada yang kurang, jika salah satu dari kami pergi, misalnya saat Si Kakak harus mengikuti acara camp di sekolahnya, atau saat ayah harus ke luar kota. Kangeeeen…
Well.. mungkin saya termasuk ibu yang rada cengeng. Saya tak tahan berpisah dengan anak-anak. Bahkan tugas dinas luar kotapun saya sangat selektif. Jika memang bisa didelegasikan, biasanya saya delegasikan. Jika harus saya sendiri yang berangkat, saya selalu upaya kembali secepatnya. Karena alasan inilah, saya sangat jarang berwisata tanpa keluarga.
Rumah, Tempat Beristirahat Yang Sempurna…
Banyak sekali hal yang bisa dilakukan di rumah, untuk berhenti sejenak dari kesibukan. Mengambil jeda, untuk kemudian mengupumpulkan energi untuk kembali berjibaku dengan tugas-tugas kehidupan. Duduk santai sambil membaca buku, majalah, atau tabloid kesayangan, itu saja sudah menjadi me time yang sungguh membahagiakan.
Untuk Tabloid, saya sudah baca Nova sejak SD. Ya, punya Ibu saya tentunya. Masih ingat banget bagaimana saya saat itu selalu rajin ngumpulin resep yang ada di Nova. Yang tentu… lebih banyak yang akhirnya tidak ter-eksekusi. Ha..ha.. (Kliping resep Nova dari tahun 90-an yang saya kumpulkan masih rapi tersimpan di rumah Ibu).
Ha? Tahun 90an sudah baca Nova? Iya ya, ternyata Nova sudah 28 tahun! NOVAVERSARY … 28 tahun bukan waktu yang singkat. Semoga ke depan Nova terus menjadi “teman” yang menyenangkan dan mencerdaskan bagi setiap perempuan Indonesia.
Dari rumah, untuk semesta ….
Sederhana dalam penampilan dan segala hal berbau “permukaan”, bukan berarti juga sederhana dalam karya dan cita-cita. Well… mungkin, saat ini kami belum bisa menghasilkan karya yang wah…. kontribusi pada masyarakat juga tidak seberapa. Tapi… dari rumah ini kami akan terus berkarya.
Dari dalam rumah sederhana ini, dengan perangkat sederhana pula, di sela-sela kesibukan kerja dan merawat keluarga, saya menghasilkan tulisan-tulisan. Dari sinilah hadir naskah-naskah buku, dan artikel-artikel di blog. Di sini pulalah, sebagian besar foto-foto pendukung blog dan instagram, saya buat. Semua sederhana, tetapi semoga suatu saat akan dapat memberi sumbangsih yang berarti bagi semesta.
Karena Rumah, Bukan Sekadar Ruang
Jika rumah memang “hanya” soal ruang, maka pastilah orang-orang yang paling berbahagia adalah mereka yang punya rumah indah bak istana. Rumah dengan ruang-ruang yang banyak dan luas dan tertata indah. Tetapi… tidak! Sekali lagi, tidak!
Kami bahkan pernah tinggal di rumah kontrakan semipermanen, yang setengah bagian dindingnya adalah gedhek atau anyaman bambu. Dan di dalam rumah yang jika hujan bocor di sana-sini itupun, toh kami bahagia.
Bahagia di rumah, bagi saya, lebih diakibatkan hal-hal non fisik.
Kehangatan cinta keluarga, keriangan dan keusilan anak-anak, nyanyian Kak Asa, ribut-ribut saat Asa-Rani berantem, lelucon ayah…. dan… ahh…. banyaaaak. Namun demikian, bukan berarti faktor fisik sama sekali tak penting. Rumah yang kokoh kuat, tentulah memberi rasa aman. Rumah yang hijau, asri dan rapi juga bisa membuat penghuninya merasa nyaman tinggal didalamnya.
Dan, bersyukurlah, bahwa asrinya sebuah rumah, tak melulu dapat diwujudkan dengan sesuatu yang mahal. Sederhana bisa juga tampak indah dan sedap dipandang. Di rumah kami misalnya, dinding bata sederhana yang diekspose ini, sangat membantu menciptakan suasana adem dan tenang. Bukan semata karena materialnya, karena ternyata menurut seorang teman, pola bata ini juga memiliki efek seperti mantra, atau dzikir bagi umat Islam. Menenangkan…
Deretan karya anak-anak yang ditempel begitu saja di dinding, bagi saya juga sangat bermakna. Bukan hanya soal keindahannya, tetapi memandangnya bagaikan reminder bagi saya dan suami untuk terus-menerus tak lupa bersyukur. Karena memiliki mereka di sisi kami, adalah hal paling berharga dalam kehidupan pernikahan kami berdua.
Hadirnya tanaman hijau di sana-sini, juga menjadi penyejuk pandang dalam rumah ini. Mereka seakan-akan mampu menghalau setiap “hawa panas”, energi negatif yang mendekati kami. Adem… sejuk. Sederhana namun hadirnya mampu membuat perbedaan.
Ya…ya…ya… ru…mah…
Masih ada satu hal tentang rumah, yang menjadi PR kami. Bukan… bukan soal lantai dua yang masih belum dikeramik lantainya. Bukan pula soal dinding yang belum tercat rapi dan cantik. Tapi ada bagian dalam puisi Darmanto Jatman yang sungguh mengetuk-ngetuk kesadaran saya.
Katakan….
Oh..katakan wahai guru lakiku…
Dimana para papa bakal kau tempatkan di dalam rumah kita?
(Rumah-Darmanto Jatman)
Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Wah.. Tulisan yang menginspirasi, mbak.. Saya akan menerapkan yang itu, memajang karya anak. Semoga bisa terwujud kelak. Terimakasih sharingnya, mbak. Semoga menang. 🙂
Aamiin … terimakasih dik
Mbak wid, rumahnya cakep, kalem hangat kayak orangnya, duh rumah ku mah ngejreang abis hehe, bahagia di rumah itu ketika minggu tidak di telpon atasan hehe, sukses mbak
Ha…ha… matiin hp kalo minggu. Aku pernah gitu dulu. Thanks ya Ev. Sukses juga buatmu ngontes BNI nya 🙂
Ya, banyak alasan untuk bahagia di rumah, sebanyak alasan kenapa selalu ingin pulang ketika pergi entah kemana. 🙂
Gw bahagia pulang ke rumah nyokap kalo nyokap lagi masak pake sambel. Kalo nyokap ngak masak, yaaa biasa aja hehehs
Ishhh … ketauan aslinya kau Kak 😀
Saya jd udah baca nova sejak kecil mba, terutama cerpen2nya 😀
Tosss mbaa
berasa lagi mampir di rumah mba widya… *duduk manis* nunggu suguhan* 😀
semoga sukses buat lombanya yaa
tak ada tempat yang paling nyaman selain di rumah~ 🙂
apalagi kalau sudah berkumpul dengan anak-anak itu bahagia banget, sekarang terasa sepi saat anak-anak sudah di luar kota
aseg, boleh ditiru nih mbk, yg majang karya anak di rumah, tengkiu sharenya yak
Bagus mba, hijau2an bikin seger yaa.. Suka. Dan karya anak2 didisplay 🙂 jadi spot lucu
cakeeep dan asri rumahnya mba…asli bisa menjadi sumber kebahagiaan yang tak terbatas 🙂
Mbak wid, rumahnya asri banget. Pake lampit juga ya?
Btw, kayanya kodratnya ibu2 ya kalo ga bisa jauh lama2 dari anaknya
Iya Mbak, ada lampit satu set. Pak Suami yang belanja. Ha..ha.. lelakiku demen belanja onlen mbak 🙂