Bahagia Bersama AirAsia, Menempuh Perjalanan International Conference Pertama di Malaysia

Share

“Widya, pemenuhan syarat lulusnya nanti ikut conference saja, ya. Ini bakalan ada IPCB* di Malaysia Agustus nanti”

Prof. YT, Dosen Pembimbing yang saya hormati itu berkata sambil asyik mengoreksi kertas berisi draft tesis saya. Di Department kami memang berlaku syarat kelulusan yang bisa dipilih salah satu yakni melakukan paparan di International Conference atau melakukan publikasi jurnal ilmiah internasional.

Berjuta rasa berkecamuk. Malaysia? Conference? Aduh…Duit di tabungan saya makin menipis, bahkan satu demi satu perhiasan sudah berpindah dari jemari dan lengan saya ke tempat barunya. Sedangkan riset yang sedang saya garap telah menghabiskan berkali-kali lipat dari gaji bulanan PNS saya, Tabungan saya sudah menipis, dan belum lagi selesai. Cari di mana lagi duit? Di celengan mobil-mobilan anak saya? Impossible! Beginilah, menempuh master dengan biaya sendiri tanpa beasiswa memang kensekuensinya cukup berat.

Keluar dari ruangan beliau yang sejuk, saya berusaha tak memikirkan. Apapun yang terjadi, bagaimana nanti saja. Saya harus konsetrasi pada kuliah semester ketiga, menyelesaikan tesis sembari terus memupuk harapan akan cumlaude serta lulus dalam 3 semester saja.

Pada suatu kesempatan lain, dosen pembimbing saya kembali menginformasikan soal conference. Conference di Malaysia, semua dibayarin Departement. Widya siapkan presentasi saja sama bawa badan. Oh…yess? Kalau enggak ingat sopan santun, rasanya saya pengin teriak!

Call me ndeso. Iya, benar saya brandingnya memang blogger ndeso, kok! Ini akan jadi perjalanan ke luar negeri saya yang pertama kali, dan gratis! Oh, Ya ampun. Tuhan memang becanda suka kelewatan! Saya ingin sujud syukur seketika itu juga.

Mengapa AirAsia, Ya?

Bapak Kepala Departemen memanggil. Atas panggilan Beliau kami, 10 mahasiswa yang akan menjadi delegasi dari kampus untuk IPCB yang terdiri dari beberapa mahasiswa S1, S2 seperti saya dan S3-telah berkumpul di ruang sidang pascasarjana. Kadep kami membicarakan rencana perjalanan dan tentu juga persiapan presentasi nantinya.

Kami memperhatikan web AirAsia bersama-sama. Setelah didapat penerbangan sesuai tujuan dan jadwal kami, salah satu dari kami mengeksekusinya. Kami memilih penerbangan Surabaya/SUB-Kuala Lumpur/KUL, sedangkan perjalanan ke Kuala Terengganu nanti akan kami tempuh via darat. Karena ada penjemputan dari panitia, dan lagi agar kami puas menikmati Malaysia di sepanjang jalan.

Kami sudah mengantongi tiket dan… tentu juga sudah berbekal Letter of Acceptance untuk mengikuti International Conference di University Malaysia Terengganu. Oh ya, tak lupa sekaligus pesan makanan agar perut kami tak kelaparan di atas ketinggian nantinya.

Mengapa AirAsia ya? Saya yang awam perjalanan ke luar, hanya bisa menduga-duga saja. Teman-teman traveller blogger saya sering menulis, untuk katagori penerbangan berbiaya hemat, AirAsia ini jagonya. Oke… dalam hati saya waktu itu, apapun maskapainya, asal saya selamat sampai Malaysia, bisa berpresentasi di Universiti Malaysia Terengganu, Kuala Terengganu sana, lalu pulang kembali ke Surabaya. Dan … studi master saya selesai! Wong dibayarin saja udah sujud syukur.

Tapi ternyata, kami mendapat lebih dari sekadar maskapai berbiaya hemat. Ini adalah maskapai berbiaya hemat yang sangat mengesankan! Ikuti yuk ceritanya.

Membawa Delegasi Menuju KL, AirAsia… Bawa Kami!

“Widya bawa delegasi ya, Anda yang bertanggung jawab.” Saya tak dapat menolak amanah Pak Kadep. Maka siang di hari keberangkatan, saya sedikit tegang. Memastikan semua bocah ini siap berangkat dengan segala sesuatunya lengkap. Enggak ada yang ketinggalan paspor di tempat kos, misalnya.

Surabaya cukup panas, seperti biasanya siang itu, ketika saya mulai bersiap menuju bandara. Satu demi satu anggota delegasi saya kontak, memastikan mereka tidak ada yang salah melihat tanggal, atau kesalah-kesalahan kecil namun konyol lainnya. Jelang sore semua lengkap berkumpul.

Kru Super Ramah dan Helpful yang kami temui sore itu, Alhamdulillah, bikin deg-degan ini agak berkurang. Senyum ramah para kru, lumayan bikin hati saya yang rada tegang gara-gara ditugaskan membawa dengan selamat dan lengkap 6 orang lainnya hingga KLIA, jadi agak tenang.

AirAsia

Lo kok Cuma 6, atau 7 dengan saya? Iya. Itu karena 2 anggota kami berangkat dahulu bersama dosen pembimbing. Sedangkan satu lagi anggota sedang mengikuti event Awarding Ceremony di Bangkok. Jadi yang berangkat dari Surabaya sore itu hanya tinggal kami ber 7.

Kesan Pertama Kabin AirAsia

Oh, seperti ini to kabin pesawat berbiaya hemat. Bagi saya tetap terasa cukup lega, sangat bersih dan apik pula. Sepertinya cita-cita saya untuk segera tidur, bakal saya lampiaskan di sini.

kabin pesawat AirAsia

Nasi Kuning Manado ala Santan, Lezatnya Menyaingi Nasi Kuning Buatan Ibumu!


Demikian klaim yang saya baca di salah satu artikel di web Air Asia. Apakah itu benar adanya?

makanan air asia nasi kuning manado santan

Saya membuktikannya. Ketika beberapa saat terbang, saya memutuskan memejamkan mata sambil terus merapal doa. Mungkin dalam kondisi saya setengah tertidur, ketika kru membagikan makanan. Tadinya, box makanan saya cuekin saja. Lelah didera kesibukan semester akhir, membuat saya ingin tidur saja.

Namun aroma-aroma dari box makanan di sekitar saya yang mulai dibuka dan dinikmati pemiliknya, sungguh menggugah. Penciuman saya tak tahan. Apalagi perut telah mulai lapar. Akhirnya Nasi Kuning Manado saya nikmati sesuap demi sesuap.

Nasi pulen gurih…
Ikan cakalang suwir yang aroma asapnya aduhai…
Sambal goreng yang bumbunya medok dan tepat memenuhi ekspektasi saya akan rasa sambal goreng.

Ah….
Saya merasa harus minta maaf pada ibu saya. Maafkan Ebok, kali ini nasi kuning buatanmu boleh kalah ya? Iya, Ibu saya, perempuan keturunan Madura yang pandai memasak, dan kerap memasak nasi kuning pada kesempatan-kesempatan khusus. Lezatnya bikin lidah kami bergoyang. Tapi kali ini saya harus mengakui bahwa Nasi Kuning Manado dari SANTAN di AirAsia, wenaaaak….

Tak terasa satu box Nasi Kuning Manado SANTAN tandas sudah. Lalu baru sadar, mengapa tak memotretnya? Aduh, sudah kepalang basah.

Teman-teman seperjalanan pun mengakui. Kebetulan ada beberapa dari mereka yang order menu yang sama dengan saya..

Pulang Dengan Babak Belur Tapi Hati Bahagia

Surabaya- KL-Terengganu lalu Terengganu-KL-Surabaya hanya dalam waktu 4 harian. Dengan perjalanan KL-Terengganu via darat, Kurang Tidur dan Pola Hidup Kacau karena nafsu kulineran luar biasa di Terengganu, maka babak belurlah badan kami semua.

https://www.instagram.com/p/ButzOX2ANT-/
Menara Kembar, Pantang Dilewatkan. Walau Harus ke sini Lewat Tengah Malam.
https://www.instagram.com/p/Bm-tenkBPY0/
Delegasi ITS pada IPCB, Formasi Lengkap. Alhamdulillah!

Hari terakhir kami di Malaysia adalah memenuhi undangan sahabat institusi kami yakni Universiti Kebangsaan Malaysia, melalui Prof. Ir. Dr. Siti Rozaimah Sheikh Abdullah. Seharian kami berkeliling Bangi dan kampus UKM, senja baru kami kembali ke KL, langsung menuju KLIA. Jangan tanya lelahnya, legrek, kalau orang Surabaya bilang. Tapi hati kami bahagia luar biasa. Studi nyaris kelar, conference beres, jalan-jalan dan kulineran juga sudah, dan kami pulang membawa salah satu syarat kelulusan kami. Yeay…dikit lagi wisuda! Yeah, bahagia kami terbang bersama AirAsia.

Petugas AirAsia di KL Tak Kalah Ramahnya

Kami segera masuk bandara, mengurus segala sesuatunya. Dengan hanya satu harapan, segera sampai di kabin untuk tidur. Penumpang ramai sore itu. Tapi untunglah proses check in lancar jaya.

Petugas di konter di KLIA ini memang sedikit lebih pendiam dibandingan yang di Juanda Surabaya. Tapi tetap ramah, kok. Mbak-mbak yang melayani saya, cekatan sekali. Antrean panjang tak terlalu lama kami jalani berkat layanan yang cekatan ini.

Mabok Nasi Lemak, Tapi Nasi Lemak yang Ini Tetap Enak

Sebagai pelaku pola makan food combining yang amat membatasi santan, terukur memakan karbo dan lebih sering makan buah dan sayur, jujur, saya mabok selama di Malaysia. Hidangan berputar-putar dari nasi lemak dan berbagai nasi serupa nasi lemak (bersantan-berminyak, berbumbu rempah). Saya kurang makan sayuran, karena menu di meja makan conference jarang sekali ada sayur. Saat ada waktu bebas baru kami bisa kelayapan mencari makanan yang salah satunya adalah sayuran. Uhhh…lala.

Nasi Lemak Pak Nasser

Ketika perjalanan Pulang, kami sudah lelah dan babak belur. Berhari-hari amat kurang tidur. Saat kru memberikan sekotak Nasi Lemak, saya langsung simpan di totebag yang saya bawa ke kabin. Rasa kantuk tak bisa lagi dicegah untuk bertemu penawar yang sebenarnya. TIDUR.

Penerbangan terasa amat singkat. Seolah sekejap saja telah sampai di Bandara Juanda Surabaya. Ketika sampai di tempat kos, sudah menjelang tengah malam. Walau lelah, saya langsung bongkar kopor, karena esoknya harus segera menuju Bondowoso untuk menyelesaikan sebuah project penulisan.

Kelar beberes dan mandi, perut terasa luar biasa lapar. Menurut ilmu kesehatan, ini sudah bukan waktunya makan. Tapi daripada saya justru tak bisa tidur karena kelaparan, kan? Aha, saya ingat! Saya masih punya Nasi Lemak Pak Nasser. Tanpa pikir panjang langsung saja saya makan.

Tentu sudah dingin nasi dan lauknya, karena sudah berjam-jam dari saat disajikan dan seharusnya dimakan. Ah….tapi tetap lezat! Sungguh. Terpujilah SANTAN dan AIRASIA, memberi makan anak kos kelaparan malam buta dengan makanan enak begini walau sudah dingin.

Beberapa Alasan Bahagia Terbang Bersama AirAsia

Pengalaman Bahagia Bersama AirAsia, bagi saya sangat berkesan. Kelak jika ada perjalanan lainnya, tentu saya berencana mengulang terbang bersama AirAsia. Dan, ini dia beberapa alasan saya bahagia terbang bersama air asia.

Biaya Penerbangan yang Hemat

Betulkah Air Asia memang benar-benar low cost? Kalau saya sih percaya banget. Karena sudah membuktikan dengan perjalanan tadi. Selain itu, sering, walau tidak sedang akan berperjalanan, saya buka web Air Asia masukkan sembarang destinasi. Diapa-apain tetap hemat harganya.

Karena waktu itu enggak bayar sendiri, saya tak begitu mengingat besaran biaya yang dikeluarkan untuk terbang ke Malaysia PP. Pokoknya murah! Itu aja yang saya ingat. Maka, coba saya cek kembali seperti ini.

Tak terlalu menguras kantung, ternyata. Bisa lah bayar sendiri kapan-kapan jika ada waktu. Apalagi kami sedelegasi sudah janjian kelak bakal kembali lagi untuk menuntaskan rindu pada kuliner serba seafood di Kuala Terengganu. Tentu sambil kembali berburu conference!

Safety First!

Semua pasti setuju. Keselamatan adalah yang utama, termasuk dalam penerbangan. Iya, tentu! Penasaran enggak sih, bagaimana sebuah maskapai berbiaya hemat mengelola aspek safety-nya? Saya penasaran banget, karena bagi saya, keamanan penerbangan itu enggak main-main.

Lalu saya berselancar di internet dengan memasukkan beberapa keyword, saya lupa kata kunci apa yang akhirnya membawa saya ke sebuah tulisan ilmiah berjudul “Low-Cost Strategy Factors in Airline Industry: The AirAsia Case”, pada sebuah jurnal bertajuk Advanced Materials Research. Ada penjelasan aspek safety AirAsia di sana: Bahwa untuk memastikan keamanan penerbangannya, AirAsia bekerjasama dengan provider maintenance yang ternama. Selain itu, AirAsia juga memastikan untuk patuh pada setiap regulasi maskapai dunia.

Kru yang Helpful dan Ramah

Beneran, suka cara mereka bekerja. Cekatan, helpful dan ramah banget. Seragam merah para pramugari yang menempel pas di badan, seperti memang diciptakan untuk mendukung kenyamanan gerak mereka.

Makanan Hemat Tapi Istimewa

Sudah deh, kalau yang ini udah yakin banget, dari cerita saya di awal tentang Nasi Kuning Manado dan Nasi Lemak Pak Nassernya SANTAN di AirAsia, bukan? Tapi saya mau sampaikan sedikit lagi, bahwa saya acung jempol untuk AirAsia yang sangat pintar memilih menu yang merupakan kesukaan penumpang lokal.

Hemat namun istimewa, begitu mungkin dua kata yang dapat mewakili. Bayangkan, makan hanya dengan biaya tiga-puluhan sekian ribu saja! Hello… ini makan di atas pesawat padahal.

Bagasi Hemat

Ini menguntungkan banget. Untuk penerbangan domestik kita dapat bagasi gratis sampai 15 kilogram. Jika bepergian dengan waktu tak terlalu lama (di bawah seminggu misalnya) dengan bagasi 15 kilogram itu sudah bisa bawa seluruh keperluan. Kecuali jika berniat bawa oleh-oleh segambreng misalnya.

Untuk penerbangan internasional, SUB-KUL misalnya, dengan memanfaatkan PAKET HEMAT, tinggal menambahkan 307.850 IDR sudah bisa mendapatkan:

  • 20 kg jatah bagasi
  • Pilihan kursi standar
  • 1 Makanan
  • Asuransi Keterlambatan Bagasi dan Jaminan Tepat Waktu 1 Jam dari Tune Protect

Itu dia pengalaman terbang dan Bahagia Bersama AIrAsia. Jadi lain waktu masih ingin mengulang kembali? Tentu! Bagaimana dengan teman-teman? Punya juga cerita Bahagia Bersama AirAsia? Yuk, berbagi cerita.

Sumber:
A. R. Jeddi et al., “Low-Cost Strategy Factors in Airline Industry: The AirAsia Case”, Advanced Materials Research, Vol. 845, pp. 652-657, 2014

Web AirAsia: https://www.airasia.com/id/id

*) International Postgrade Conference on Biotechnology

Share

33 thoughts on “Bahagia Bersama AirAsia, Menempuh Perjalanan International Conference Pertama di Malaysia

  1. Saya gagal fokus dengan nasi lemaknya. Sayang enggak bisa mencicipi kalau enggak naik Air Asia, hehehe. Terus saya juga bayangin mbak Wid yang FCers ternyata makan nasi lemak juga. Enggak saklek amat dan flexibel. Ulalala….

  2. Aku menikmati cerita bahagia inii mbaaa..wah bahagia banget bisa ke sana dengan gratis. Dan studi lancar. Kok aku penasaran nasi kuning ebok mba wid ya :))

  3. Saya belum pernah naik AirAsia, kata teman-teman kalau mau trip keluar negeri memang air Asia yang paling murah, apalagi kalau pas promo.

    Walau harga tiketnya murah, tapi pelayanan tetap prima ya mbak, menu makanannya juga menggoda.

  4. Kemarin aku pas kebelitung naik air asia dan aku suka banget sama pelayanannya mbaknya ramah dan baik pramugari nyaa

  5. Wah, seru banget ya bisa ke Malaysia untuk conference. Sekalian jalan-jalan juga. Terus naik Air Asia pula. Suamiku cinta banget sama Air Asia ini. Kataknya bisa diandalkan tanpa kemahalan. 👌

  6. Huhuhu
    Saya belum pernah terbang dengan Air Asia
    Jadi pengen, apalagi pas lihat foto makanan, nasi kuning dan nasi uduk. Busui langsung lapar.
    Tahun depan semoga bisa ke Lombok dengan rute baru Air Asia

  7. Hebat dan salut padamu Mbak Wied.
    Sama, saya juga dulu cah ndeso yang pertama kali naik pesawat -gratis juga- di maskapai sebelah ketika lolos seleksi program magang kerja 6 bulan ke Singapura dari kampus saya.
    Semoga perjalanan dengan AirAsia akan diikuti perjalanan-perjalanan selanjutnya ya.
    Memang Air Asia bikin semua orang bisa berkesempatan untuk terbang.

  8. Naik pesawat belum pernah, pun ke Malaysianya nih wkkwk Apalagi menggunakan Air Asia,
    Semoga deh, soon hehehe
    Bisa dapatin durian runtuh seperti Mbak Widya ke Malaysia bersama Air Asia hehee

      1. Ada satu pesan yang saya tangkap. Berarti Mbaknya selektif sekali ya dalam memilih makanan. Menghindari makanan yang kurang sehat agar tubuh tetap sehat. Termasuk jam makan juga. Misal tengah malam karena bukan waktu yang dianjurkan

  9. Daku pelanggan setia Air Asia mba, tapi jujur belum pernah jadi penumpangnya. Halah.. jangan dipikirin hehehe.. Btw berhubung udah punya paspor, kayaknya musti coba deh naik Air Asia ke KUL atau ke SIN. Cari tiket murah dulu ahhh…

  10. tulisanmu enak banget dibaca mbak, khas story telling ala mbak widya yang ku idolakan.

    doakan saya bisa suatu saat menulis story telling yang renyah seperti ini. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!