“Isi tulisan bukan hanya mencerminkan pikiran dan rasa kita, namun juga alam rasa, alam pikir dan alam jiwa kita”
Bondowoso 2-2-2021
Kesadaran bahwa tulisan kita sejatinya mencerminkan siapa diri kita belum benar-benar saya sadari pada awal nge-blog 13 tahun lalu pada 2008. Blog saya, yang menggunakan wordpress gratisan di wyuliandari.wordpress.com, berisi kumpulan makalah sosialisasi lingkungan di kabupaten Bondowoso dan sejumlah tulisan curcol. Bisa dikatakan kemampuan menulis saya minim sekali bila dikaitkan dengan media blogging.
Tanpa ada teknik menulis berlandaskan SEO, hal yang mengejutkan adalah tulisan makalah tersebut ternyata mengundang banyak pembaca dan memberi manfaat bagi mereka. Makalah tentang strategi pengendalian pencemaran lingkungan banyak dirujuk para pelajar untuk tugas sekolahnya.
Bahkan makalah yang memiliki nilai ekonomi tinggi yakni peraturan mengenai Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL UPL) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) banyak dibaca bukan hanya mahasiswa tetapi pelaku usaha. Beratus-ratus komentar menanyakan dua aturan tersebut mulai dari puskesmas, apotek, perumahan, perkebunan, tambak hingga pertambangan.
Sebuah perusahaan provider nasional hampir minta bantuan saya berkaitan dengan proyek mereka membangun jaringan fiber optik Jawa-Bali sebelum memutuskan menggunakan jasa konsultan yang ada di Jakarta. Ratusan komentar tidak saya approve dikarenakan saya sudah lama tidak mendalami UKL UPL dan AMDAL selain juga untuk menghindari pihak ketiga (konsultan) memanfaatkan komentator blog untuk kepentingan bisnisnya.
Daftar Isi
Belajar nge-blog dengan Tulisan Makalah dan Curcol
Ada beberapa pelajaran yang saya ambil dari blogpost berisi makalah di atas dikaitkan dengan dunia blogging yang masih setia saya jalani (sebelum pada bagian bawah saya tulis detail mengenai penulisan blogpost versi Widyanti Yuliandari). 😀
Pertama, konten yang unik akan mengundang pengunjung secara organik. Saat itu, belum banyak yang menulis mengenai UKL UPL dan AMDAL.
Kedua, konten yang lengkap dan runtut akan sangat membantu pengunjung blog. Tulisan blogpost di awal nge-blog tidak diimbangi ilustrasi yang mendukung namun tetap mengundang pengunjung selama bertahun-tahun.
Ketiga, membuat konten yang sesuai dengan minat, pendidikan dan profesi kita akan sangat ideal untuk membuat branding dan mendukung profesi yang dijalani. Contohnya, ya latar belakang saya teknik lingkungan dan bekerja di instansi yang berhubungan dengan lingkungan. OOT, saya suka berandai-andai banyak bloger yang menulis sesuai dengan profesi dan keahliannya secara mendalam (informasi terbaru dengan rujukan media terpercaya bahkan jurnal ilmiah) akan membuat dunia bloging di Indonesia menjadi lebih semarak. Saya meyakini bahwa bloger yang melakukan ini, nantinya akan memiliki branding yang kuat.
Ternyata dari statistik blog di wyuliandari.wordpress.com tersebut, tulisan dari makalah yang berpanjang-panjang (jauh dari teknik penulisan bloging dan lazimnya penulisan SEO yang sekarang ini beredar) tersebut memberi kontribusi besar kedatangan pengunjung blog secara alami dibandingkan tulisan blog ‘versi saya dulu’ yang banyak curcolnya. Mengapa ini terjadi? Analisis saya karena tulisan curcol tidak menarik dari pengunjung blog 😀 dan tulisan runtut-mendalam dengan kandungan informasi spesifik tetap menjadi daya tarik karena kualitas isinya.
Lantas, bagaimana menggabungkan tulisan versi makalah tersebut dengan tulisan khas bloger? Di bagian bawah akan saya jelaskan.
Sebelum membahas inti dari blogpost ini, izinkan saya menuliskan analisis tulisan blogpost saya yang berisi curcol. Pada akhirnya, saya menyimpulkan bahwa jenis tulisan ini tidak menarik dari sisi pengunjung, sisi pencarian atau SEO dan lebih jauh lagi dari sisi tujuan nge-blog dengan visi yang lebih panjang. Oke-lah, pada tahap awal nge-blog, saya bebas merdeka mengisi konten blog dengan tulisan yang bersifat pribadi ini. Tulisan curhat-curcol-endebrai-endebrai.
Tulisan yang berisi curhat ini sangatlah mudah dituangkan. Dalam 30 menit saya bisa menuliskan endebrai-endebrai curcol 1,000 kata. Saya tidak perlu mencari referensi, memverifikasi pendapat atau opini seseorang, memverifikasi berita, pokoke gaass 😀 .
Setiap bloger memiliki kebebasan penuh untuk mengisi konten blognya, sebagaimana saya dengan mengisi kumpulan makalah sosialisasi dengan tujuan sebagai arsip dan curcol untuk menuangkan cerita remeh temeh bahkan curhat berkepanjangan dalam sebuah blogpost.
Kelemahan Tulisan (Sekadar) Curcol
Seiring berjalannya waktu, saya berpendapat bahwa blog yang berisi tulisan curcol memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
Pertama, tulisan curcol sebatas berkutat pada diri. Nilai informasi yang ingin didapatkan pengunjung sangatlah kecil. Apalagi tulisan yang berisi curhat. Pengunjung kita paksa untuk memahami diri kita dan kita berharap ada simpati dan empati dari pengunjung. Jika tulisan curcol dan curhat ini banyak mengisi blog kita, dalam jangka panjang pengunjung blog akan bosan.
Kedua, tulisan curcol dan curhat biasanya tidak memiliki struktur tulisan yang jelas. Ya, semau-mau perasaan kita untuk menuliskannya. Padahal struktur tulisan yang jelas sangatlah disenangi oleh pembaca (termasuk juga mesin pencari. google). Struktur tulisan yang sistematis mengharuskan kita untuk lebih rasional dalam mengolah tulisan blog.
Ketiga, mengelola blog , apalagi yang berbayar (membeli domain dan hosting), membutuhkan banyak usaha termasuk pengorbanan waktu. Sungguh sayang sekali bila konten dalam blog kita sebatas tulisan curcol dan curhat. Bila tipe seperti ini kita jalankan, usia blog kita tidak akan panjang. Idealnya, blog kita tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan diri kita sehingga memiliki nilai kebermanfaatan yang terus meningkat bukan hanya untuk diri sendiri namun juga untuk pengunjung blog.
Naik Kelas dengan Cara Membuat Konten Blog Menjadi Berkualitas
Dengan mempertimbangan ketiga hal di atas, sudah menjadi keharusan bagi saya dalam perjalanan merawat blog untuk naik kelas dengan cara membuat konten blog menjadi berkualitas. Lantas, bagaimana caranya?
Belajarlah Pada Sumbernya
Ada pepatah bijak yang mengatakan “Belajarlah pada sumbernya”. Inilah salah satu cara penting untuk membuat konten berkualitas. Karena belajar dengan cara ini, kita akan mendapatkan informasi yang benar dan tidak ada bias. Salah satu cara mendapatkan sumber dari informasi apapun adalah dengan merujuk pada kalangan ahli yang diakui atau referensi rujukan.
Misalkan, kita ingin belajar sastra Indonesia, maka membaca karya para sastrawan terbaik di Indonesia menjadi kewajiban. Dengan merujuk pada sumber referensi utama dan para ahli, maka kita akan memiliki standar untuk menilai sebuah tulisan yang baik seperti apa. Secara tidak kita sadari, kita sudah memiliki cita rasa sastra yang berkualitas. Contoh yang lain adalah waktu kita belajar SEO, rujukan SEO yang harus dijadikan patokan adalah John Mueller, senior webmaster trend analyst pada Google.com.
Contoh wawancara dengan John Mueller mengenai SEO pada video di bawah ini.
Belajarlah dari Mereka yang Terbaik
Lantas bagaimana dengan konten blog itu sendiri? Kualitas konten seperti apa yang bisa menjadi rujukan isi blog kita? Jika kita mencari dengan kata kunci “blog terbaik di dunia”atau “the best blog around the world”, misalnya, kita akan menemukan beberapa blog, katakanlah 10 blog yang disebut-sebut terbaik dengan kriteria penyajian konten bahkan penghasilan blog tersebut per-bulannya.
Dari blog terbaik di dunia inilah sudah selayaknya kita belajar. Karena kita sudah menemukan referensi utama dalam dunia bloging, seperti halnya kita belajar sastra maka sastrawan terbaik di Indonesia-lah (untuk ukuran Indonesia) yang menjadi rujukan utama kita.
Pelajaran yang bisa saya ambil dari sisi konten blog terbaik di dunia tersebut adalah kontennya menyajikan informasi yang baru atau aktual, informasi yang dibutuhkan pembaca dan cara penyajian yang tidak bertele-tele. Saya jadi ingat bahwa pengunjung blog memiliki waktu yang singkat untuk membaca blog kita dan segera beralih jika informasi blog kita tidaklah menarik. Baca juga: Cara mengulas produk teknologi lebih dalam dan personal.
Belajar Membuat Konten yang Berkualitas dan Berkelas, Dimulai dari mana?
Konten yang berkualitas adalah konten yang memiliki nilai manfaat bagi pembaca. Nilai manfaat bagi pengunjung blog ini bisa kita jabarkan seperti memenuhi rasa ingin tahu, menambah informasi, memecahkan masalah, menghibur,meningkatkan imajinasi dan lainnya. Artinya, konten yang berguna bagi pengunjung blog. Konten yang berorientasi pada pengunjung blog dan tidak berorientasi pada penulis blog. Tulisan curcol lebih berorientasi ke penulis blog sehingga irisan dengan pengunjung blog sedikit bahkan tidak ada.
Bisa saja tulisan curcol ini menjadi berguna bagi pengunjung blog dengan catatan bahwa ada nilai manfaatnya. Sebagai contoh, tulisan curcol mengenai kucing yang hilang yang menggambarkan kesedihan penulisnya dan rasa kasihan pada kucing tersebut. Respon pengunjung blog sebatas empati dan simpati ke penulis blog. Bandingkan jika tulisan kucing yang hilang itu ditambahi informasi mengenai cara merawat kucing, manfaat memiliki kucing dan antisipasi supaya kucing tidak hilang. Tentu, isi tulisan menjadi lebih bermanfaat bagi pengunjung blog.
Begitupun tulisan curcol sehari-hari mulai dari anak demam, keluarga sakit, keluarga terkena covid 19, jatuh dari sepeda, rumah kebanjiran, makanan basi, dan sebagainya. Intinya, berikan nilai lebih yang berorientasi juga pada pengunjung blog sehingga isi tulisan curcol tersebut tidak lagi berpusat pada penulis blog tetapi pada khalayak yang lebih luas. Pengalaman pribadi yang bersifat curcol menjadi pemantik untuk tema yang lebih luas. Baca juga: Mengapa saya tidak memenangkan blog competition?
Lantas, bagaimana membuat tulisan yang berkelas? Tulisan yang berkelas adalah tulisan yang lebih dalam dengan rujukan yang bisa dipercaya. Kita tahu, saat kelas 1 SD (zaman baheula) diajari membaca dan menulis dengan kalimat sederhana. “Ini Budi”, “Ini Ibu Budi”, “Ini Bapak Budi”, dan “Budi pergi ke pasar”.
Berbeda dengan kelas 6 SD yang sudah diajarkan kalimat yang lebih panjang. “Budi pergi ke pasar untuk membeli sayur tomat, cabai dan beras”. Begitupun, saat SMP, SMA apalagi kuliah. Semakin tinggi jenjang kelasnya, maka isi tulisan lebih lengkap, kompleks dan informasinya lebih dalam dan bisa dipercaya. Karena sudah memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah informasi yang relevan.
Dalam sesi pelatihan menulis yang saya pegang, saya menekankan pentingnya untuk mengambil rujukan yang terpercaya sehingga isi tulisan yang dibuat bukan hanya sekadar berkualitas, namun juga berkelas.
Kelas Nulis dari Nol
Ide membuat kelas ini berikut bagaimana cara belajarnya, sebenarnya sudah muncul hampir 1.5 tahun lalu. Kelas yang baru saya selesai pun adalah batch ke-2. Berkali-kali penyempurnaan dibuat untuk kelas ini demi mendapatkan sistem belajar yang lebih nyaman.
Sejak 11 Februari lalu, sebanyak 47 peserta belajar bersama dalam kelas dengan memanfaatkan WAG dan Zoom. Saya sebagai mentor utama, mengawali sesi selama 2 pekan, dengan berbagai bentuk aktivitas latihan menulis.
Minggu ke 3 dilanjutkan dengan materi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kalimat Efektif oleh Mbak Fuatuttaqwiyah. Kadiv Buku IIDN. Selanjutnya peserta memasuki tahap penulisan Tugas Akhir berupa artikel maksimal 1,000 kata.
Tugas Akhir, bukanlah final yang sesungguhnya. arena justru dari sini peserta mulai belajar membangun tulisan yang baik dengan sebenarnya. Maka, saya memberikan feedback yang cukup serius atas semua tulisan yang masuk. Dalam perhitungan saya, jika saja semua peserta mau membaca karya temannya berikut feedback yang saya berikan (selain feed back saya atas tulisan masing-masing tentunya), maka mereka akan punya 33 study kasus penulisan beserta segala koreksi atasnya. Jumlah yang sudah amat cukup untuk dipelajari dan digunakan sebagai bekal. tentu saja, asal tetap diikuti LATIHAN.
Nah, agar pekerjaan saya membaca ke-33 tulisan tersebut serta memberikannya feedback berdasarkan beberapa aspek (ini mirip saya menilai lomba blog, aspek yang saya cek sama) ini berdampak lebih luas, maka saya membuka akses kepada teman-teman pembaca blog ini untuk juga ikut belajar. Silakan diakses (pada tautan di bawah), semoga menjadi amal jariah bagi semua yang terlibat di dalamnya: peserta yang punya tulisan, saya dan tim.
Selamat menyimak, ya.
Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Terima kasiiiih mba Wid, sungguh beruntung saya masuk di dlm kelas keren ini!!
Kembali kasih. Tetap semangat untuk terus bereksperimen dengan berbagai jenis teknik penulisan 😀
Ulasannya sangat runut. Salut mbak👍👍
Terima kasih 😀
Somehow sudah konsisten menulis saja sudah prestasi sebetulnya buat seorang blogger baik hanya sekedar curhat maupun sharing tentang sesuatu.
Yang jauh lebih penting sih menurut saya konsistennya hihihi
Salam kenal di kunjungan perdana ini (^^)
Benar sekali konsistensi menjadi kunci penting dalam merawat dan menumbuhkan blog kita. Btw, terima kasih atas kunjungannya 😀
Ulasan yang sangat epik mbak saya selalu monitor tulisan2 mbak, kali ini izin komentar ya hehe
hehe..terima kasih ya 😀
Aku baca tulisannya pelan2 loh mba, soalnya apik benar. Terima kasih dah berbagi mba wid…
Salam kenal aku Ulfah, mbaa…
Salam kenal juga, kak 😀
Terima kasih atas kunjungannya 🙂
Menarik, Mbak.
Aku sedang belajar menulis lebih mendalam akan Hal yang ku sukai. Ga hanya dari pengalaman tapi memasukkan unsur ilmiahnya lah atau kutip perkataan expert.
Berarti sebaiknya fokus ke niche tertentu atau punya ciri khas kuat.
Terima kasih yaaa
Idealnya blog kita punya ciri khas tertentu. Ciri khas inilah yang menjadi branding diri kita. Jika tidak ada ciri khas (yang kuat), salah satunya dibangun dengan konten yang berkualitas (cirinya ya tulisan yang mendalam), maka blog kita menjadi blog yang biasa-biasa saja. 🙂
Biasanya, secara otomatis orang akan menulis dengan gaya bahasanya masing-masing dan hal itulah yg biasanya jadi branding buat diri sendiri ya Mbak Wid?
Terima kasih Bu Ketu untuk link tugas akhir dan feedbacknya, lumayan ah belajar lagi dan lagi.
Anyway, Bu Ketu apakah pernah menuliskan di blog tentang resensi buku atau mengulik biografi seseorang?
Saya mau dounk, Bu Ketu
Baca artikel ini.. saya jadi merasa dijewer 😀
Tetap semangat. Semangat terus-menerus belajar. Belajar bersama-sama. 😀