Perempuan kalau udah ngumpul, wow! Bisa ngobrol A sampai Z. Ya, seperti kami siang itu. Obrolan mengalir mulai soal perempuan saat pandemi, perempuan dalam dunia kerja, finansial hingga ngomongin women empower women. Event siang itu adalah perayaan Hari Perempuan Internasional. Women’s Gathering yang kami ikuti ini adalah untuk merayakan keberagaman dan inklusivitas peran perempuan Indonesia.
Virtual memang, pertemuan kami. Namun energinya cukup mampu menguatkan. Menambah bahan bakar untuk terus menjalani sebaik-baiknya apapun peran kami saat ini. Berikut ini saya ceritakan ringkasannya pada teman-teman. Ada tips finansial hingga bagaimana self leadership agar kita punya kendali yang lebih baik atas diri kita.
Yukk… mariiii…
Daftar Isi
Perempuan dan Tantangan Akibat Pandemi
Tahun 2020 menantang banget, ye kan? Segala perubahan, kehilangan, dan banyak hal lainnya yang mau tidak mau harus dihadapi. Memang bagi saya, tidak begitu terasa dampak pandemi. Penghasilan stabil karena saya ASN, anak-anak pun sudah jelang remaja sehingga cukup mandiri menyelesaikan tugas-tugas sekolah, ada Mbak ART pula yang membantu pekerjaan domestik. Namun saya melihat, teman-teman perempuan lain menghadapi perubahan yang luar bisa menantang.
“Pandemi membuat banyak hal mesti dikerjakan sendiri dari rumah. Maka perlu banget kegiatan terskedul “. Demikian kata Carol. Pandemi membuat kita harus terus menerus beradaptasi. Berada di rumah, bekerja dari rumah sambil anak-anak tetap meminta perhatian, seperti itulah situasi yang dihadiapi menurut Ibu Maria Magdalena, Chief governance officer FWD Insurance.
Perempuan dalam Ranah Pekerjaan
Teman-teman perempuan, pernah enggak berpikir atau mengingat-ngingat. Apa sih yang mempengaruhi kalian memilih jalur karir saat ini? Kalau saya simpel, karena kenangan melihat bagaimana bapak saya almarhum dulu bekerja sebagai penyuluh. Bukan profesi yang persis sama, tapi aktivitas saya sebagai mentor dan trainer, sedikit banyak mengandung kesamaan.
Kenangan masa kecil memang bisa memberi inspirasi bagi apa yang kita lakukan di depan. Carol, misalnya. Dia memilih berkarir di industri asuransi, dipengaruhi pengalaman masa kecil. Di mana asuransi menjadi hal yang familiar bagi keluarganya. Selain itu, passionnya untuk travelling membawa perempuan asal New Zealand ini berkarir di Indonesia.
Tentang kesetaraan di dunia kerja, Ibu Maria bercerita. “Perempuan di FWD memiliki peluang-peluang yang sama dengan laki-laki”. Tidak ada perbedaan. Karakter perempuan seperti bisa multitask, memperhatikan detail, segala hal bisa dipikirkan, justru memberi keuntungan bagi perempuan di dunia kerja.
Wah, ini justru kontras dengan pengalaman saya di tempat kerja yang lalu. Seberapa baiknya perempuan berprestasi, tetap saja ada keraguan. Beda lingkungan kerja, beda lagi tantangannya ya, teman-teman.
Oya. Ngomong-ngomong teman-teman tahu, siapa teman ngobrol kami siang itu? Siang itu ada Carol Mary Quertier-Chief of Operation Officer FWD Insurance, Indrayana Agustraputra-Chief bancassurance officer FWD Insurance, Maika Randini-Chief marketing officer FWD Insurance juga Maria Magdalena-chief governance officer FWD Insurance.
Women and Leadership, Pentingnya Self Leadership dan Mindfulness
Mbak Lina life coach berbicara tentang leadership. Sebenarnya yang perlu dikuasai adalah self leadership terlebih dahulu. Yakni, bagaimana perempuan bisa memimpin dirinya sendiri dulu, baru bisa memimpin orang lain.
Saya merasa diingatkan kembali tentang pentingnya jeda dan hadir penuh. Salah satu tips supaya kita tidak merasa diburu-buru, merasa super sibuk sampai mengarah ke stres adalah bagaimana kita sadar penuh dalam setiap yang kita kerjakan.
Ini reminder penting banget buat saya, secara dalam kesibukan yang berjubel, hasrat multisaking membara banget. Haha.
Perempuan, Rasa Takut dan Kesadaran Finansial
Ada diskusi menarik yang terbangun ketika Ibu Kiki ditanya oleh host tentang tagar #BebaskanLangkahBerani Terkait tema perempuan, Ibu Kiki mengatakan untuk perempuan enggak usah takut mencoba hal baru atau pun keluar dari zona nyaman.
Bagi saya pribadi, rasa TAKUT justru senjata penting, asal digunakan dengan proporsional. Ada rasa takut bikin kita lebih aware akan adanya risiko. Ini membuat kita bisa lebih mempersiapkan antisipasinya.
Nah, beda jenis risiko tentu beda langkah antisipasinya. Risiko keuangan misalnya, antisipasi dengan memiliki tabungan, dana darurat, investasi dan proteksi. Itu kalau menurut saya.
Bicara tentang proteksi, teman-teman yang sering main ke blog ini mungkin sudah tahu FWD ya? Perusahaan asuransi ini membawa pendekatan baru untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang asuransi yakni dengan mendobrak stigma lama dan meyakini bahwa asuransi adalah sumber kekuatan. Melalui kampanye Everyday Heroes, FWD Insurance mengajak nasabah terus berani merayakan kehidupan mereka dan yakin bahwa jika terjadi sesuatu, FWD Insurance tetap hadir untuk mendukung mereka.
#FWDCommunity Ladies Talk Digagas FWD untuk Mendukung Sesama Perempuan
Ibu Kiki siang itu bercerita bahwa antara 4 perempuan FWD yang hadir siang itu, mereka saling mendukung. Tidak saling menjatuhkan satu sama lain, justru saling memberikan support.
Keempatnya memiliki kisah yang berbeda dan menurut Bu Kiki masing-masing sangat inspiring. Salah satu keinginan adalah bagaimana mereka bisa mensupport perempuan lain?
So, bareng Hari Perempuan Internasional kemarin itu, FWD Insurance meresmikan program #FWDCommunity Ladies Talk dengan tema Women Empower Women. Wadah ini disediakan bagi para perempuan untuk memberdayakan dan mendukung. Harapannya tentu agar dapat ‘terus maju’ walau masa-masa sulit seperti ini ini.
Program ini mengajak perempuan di Indonesia untuk berkembang bersama melalui serangkaian workshop dan coaching menarik terkait dengan literasi finansial, kesehatan mental, karir dan wirausaha, dan berbagai topik lainnya. Menarik ya?
Secara keseluruhan. Dari event pagi hingga siang itu saya menangkap pesan bahwa setiap orang seyogianya berani menghadapi perubahan dan tantangan sekaligus dapat merayakan hidup (celebrate living) serta dapat mengambil kendali penuh atas hidup mereka. Pendeknya, Bebaskan Langkah, Berani! Selamat Hari Perempuan Sedunia, teman-teman perempuan.
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Wah sangat menginspirasi sekali Mbak Wid komunitas yang kayak gini. Makin ke sini makin banyak perempuan-perempuan yang speak up bukan hanya masalah kesetaraan gender tapi juga women empowering. Semoga IIDN bisa bikin program-program begini juga ya Mbak, disambung-sambungin lah sama kegiatan menulis. Hehe..
Wah, sebenernya kalau peka, core dari IIDN itu memang women empowering lo. Hanya dari sisi dunia penulisan aja. Mungkin belum all in ikut kegiatannya ya, sehingga belum kerasa.
Betul Mbak Wid, wanita kalau mau memimpin harus bisa ‘menaklukkan’ diri sendiri dulu. Bagaimana bisa melawan/menaklukkan kelemahan diri baru deh bisa memimpin yang lain
Women Empower Women, keren sekali. Saya percaya, perempuan saling memberdayakan bisa menghasilkan produktivitas yang keren karena memang perempuan butuh perempuan lain dalam hal inspirasi dan motivasi.
Betul Kak, dan hanya perempuan telah berdaya saja dapat memberdayakan. SO, mari berdaya! Haha
Saya setuju dwngan self leadership, di mana wanita harus bisa memimpin dirinya sendiri dulu sebelum memimpin orang lain. Saya rasakan sendiri mba,membangun disiolin diri dan melatih kebiasaan baik itu tidak mudah. Jadi, sekali kita bisa mendobrak, maka insya Allah kedepannya lebih mudah.
Betul, self leadership justru gak mudah.
Saya setuju dengan self leadership, di mana wanita harus bisa memimpin dirinya sendiri dulu sebelum memimpin orang lain. Saya rasakan sendiri mba,membangun disiplin diri dan melatih kebiasaan baik itu tidak mudah. Jadi, sekali kita bisa mendobrak, maka insya Allah kedepannya lebih mudah.
Memang seharusnya seperti ini ya, sesama wanita saling support, mendukung dan melindungi. Jangan malah saling debat ga penting, meremehkan kerjaan yang satu, ato menganggab wanita lain ga bagus hanya karena beda pendapat. Sedih kalo udh baca sesama wanita malah saling menjatuhkan.
Betul
Sayangnya momwar tampaknya bakalan jadi problem sepanjang masa ya
Maka harus gencar edukasi
Jadi ingat kata-kata Najwa Shihab sewaktu berbincang dengan Anggun C. Sasmi. “Girls, compete with each other. Women, empower one another.”
Meski banyak banget kasus perempuan “berkompetisi” dengan perempuan lain, tapi saya percaya banget kalau kita bisa mendukung satu dengan yang lain, energi kita bakal luar biasa.
Omong-omong, saya setuju dengan Mbak Wid. Rasa takut itu diperlukan, dengan kadar tertentu, supaya kita bisa selalu aware menghadapi segala situasi.
Yes, so justru kadang perlu berterima kasih pada rasa takut ya. Sewajarnya, proporsional saja
Perempuan harusnya saling menguatkan ya mb Wid. Boleh saja sih bersaing, itupun bersaing sehat bukan menjatuhkan.
Aku setuju, gpp takut ya, semacam alarm supaya waspada aja sih, asal engga berlebihan, malah engga bergerak nanti…
Betul Bu. Bersaing secara sehat ya.
Artikelnya mantap nih, Mbak. Jadi tertular semangat untuk lebih berdaya tapi juga tetap bahagia. Juga, berkolaborasi dengan perempuan lain. Saling menyemangati sehingga bisa tumbuh bersama 🙂
Masyaa Allah
Terima kasih udah mampir ya Mbak
Rasa takut yang paling sering dialami banyak orang biasanya adalah takut keluar dari zona nyaman. Ide untuk bebaskan langkah berani ini amat penting untuk para perempuan keluar dari rasa takut tersebut, berusaha makin berkembang dan selalu siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dalam hidup.
Pengalaman finansial orang tua bikin aku takut mengambil langkah terutama soal keuangan, Mbak. Apalagi aku IRT yang nggak punya sumber penghasilan tetap. Jadi merasa kudu konservatif mengelola uang. Kayanya kudu belajar literasi finansial nih dari FWD biar bisa berdaya dan memberdayakan perempuan lain.
Sepakat sekali kalau perempuan harus berdaya. Berdaya ini bukan soal punya penghasilan atau punya jabatan, melainkan lebih kepada punya kehendak dan kontribusi minimal terhadap diri sendiri dan keluarganya. Syukur-syukur bisa memberdayakan sesama perempuan juga.
Soal rasa takut, itu bisa jadi kontrol diri. Nggak apa-apa, asal dalam batas sewajarnya.
Sepakat, Mbak Wid. Setiap orang harus berani menghadapi perubahan. Sebab kemajuan itu hanya ada pada genggaman orang yang berani berubah. Kadang memulainya agak susah. Terlebih bagi seorang peragu.
terima kasih atas tulisan yang inspiratif ini mbak wid
memang menjadi perempuan itu harus berdaya ya mbak, dan bisa berkolaborasi dengan perempuan lain untuk saling memberdayakan
Sebagaimana IIDN yg mencoba memberdayakan perempuan lewat menulis ya mbak wid
Perempuan dengan segala kelebihan dan kekurangannya yaa..
Lika-liku menjalani padatnya hari dan memanfaatkan waktu dengan cekatan untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya.
Semoga semakin banyak dukungan untuk para perempuan di fields manapun mereka berkarya.
Women empower women. Sesama perempuan memang sebaiknya saling mendukung. Apalagi di jaman sekarang, berkolaborasi itu lebih asyik dan bikin lebih produktif. Selamat Hari Perempuan Sedunia, mba Wid dan teman-teman semua… 😊
Saya paling suka konsep empowering women. Pemberdayaan Perempuan. Bahwa perempuan setara dengan laki2 tapi tanpa melupakan kodratnya
Women empower women ini menarik sekali ya, jadi bisa memberikan semangat dan perasaan berdaya kepada sesama kaum hawa lewat FWD Community ini. Bebaskan langkahmu dan bisa memegang kendali hidup ya, keren!